Wednesday, May 07, 2025

Minggu, Maret 02, 2008

Pengantar Pelatihan Terjemah

Pendahuluan
Penerjemah adalah mediator atau komunikator antara pengarang dan pembaca. Oleh karena itu, penerjemah dituntut memahami karakteristik bahasa kedua belah pihak. Lebih jauh lagi, seorang penerjemah merupakan seorang penafsir dari bahasa pengarang teks asal, karena yang diterjemahkannya adalah maknanya, bukan bahasanya saja. Sehingga bisa dikatakan, menerjemah adalah sebuah kegiatan yang cukup kompleks.
Dalam menerjemah, secara tidak langsung seseorang sedang menyampaikan hasil pemahamannya dari sebuah teks. Menyampaikan apa yang difahami, tentu berbeda dengan sekadar memahami. Karena tidak semua orang yang faham mampu menyampaikannya kembali dengan baik, terlebih lagi dalam bahasa tulisan. Tulisan ringan yang dirangkum dari berbagai sumber ini, akan sedikit mengupas tentang prinsip, langkah dan contoh-contoh menerjemah terutama dari teks yang berbahasa Arab.

A. Prinsip Menerjemah
Dalam menerjemah, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal.
Hampir semua penerjemah memaklumi prinsip ini. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus menanamkan sifat amanah dalam menerjemah, karena seorang penerjemah tidak lain hanyalah “juru bicara” bagi pengarang teks asal yang menyampaikan kembali maksud dari tulisannya. Namun tidak jarang, karena kesalahfahaman terhadap maksud pengarang teks asal, seorang penerjemah terjebak dalam kesalahan yang fatal. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dan kesungguhan dalam menerjemah.
2. Menghasilkan terjemahan yang mudah difahami pembaca.
Menerjemah adalah sebagian dari bentuk berkomunikasi. Oleh karena itu, sebuah terjemahan seharusnya mudah difahami supaya tujuan komunikasi antara pembaca dengan pengarang asli dapat dicapai.
3. Menghormati tatabahasa penerima.
Dalam proses menerjemah, tatabahasa dari bahasa penerima harus dihormati dan tidak seharusnya memaksakan tatabahasa asing ke dalam teks terjemahan. Disamping itu, penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented), bukannya berorientasi kepada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
4. Menerjemahkan makna bahasa bukan menerjemah bentuk bahasa.
Dalam proses menerjemah, hendaknya terfokus kepada makna teks asal. Dan tidak seharusnya penerjemah berusaha setia kepada bentuk bahasa teks asal, karena akan menghasilkan terjemahan yang sukar difahami.
Berpandukan kepada prinsip-prinsip ini, seorang penerjemah diharapkan dapat menghasilkan satu karya terjemahan yang tidak “bau” terjemahan; yaitu yang bisa difahami dan enak dibaca.

B. Langkah-langkah dalam Menerjemah
Ada beberapa langkah yang hendaknya dilakukakn oleh seorang penerjemah. Diantara langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menguasai Topik Naskah yang akan Diterjemahkan
Sebelum melakukan langkah-langkah lain, langkah pertama ini perlu dilakukan, agar seorang penerjemah siap menghadapi naskah yang akan diterjemahkan. Dalam langkah pertama ini, tidak jarang seorang penerjemah perlu membaca buku-buku referensi serupa dengan naskah yang akan diterjemahkan. Karena tidak jarang topik naskah yang akan diterjemahkan belum dikuasai oleh penerjemah. Misalnya ketika akan menerjemahkan buku Dr. Zaghlul an-Najjar tentang tafsir ilmi. Tentunya seorang penerjemah akan kewalahan jika tidak terlebih dahulu membaca buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu eksakt.
Dalam langkah pertama ini juga, seorang penerjemah hendaknya dapat membedakan karakteristik naskah yang akan diterjemahkan; apakah itu naskah bersifat ilmiah, cerita dan sebagainya.
2. Mengetahui Makna Setiap Kata
Langkah ini mutlak diperlukan, karena bagaimana seorang penerjemah dapat menerjemahkan isi naskah jika tidak mengetahui makna setiap kosa katanya? Maka bagi siapapun yang ingin memasuki dunia terjemah, hendaknya selalu memperkaya perbendaharaan kata dari bahasa obyek yang akan diterjemahkan.
3. Memahami Tata Bahasa Teks Asal
Langkah ini sangat penting terutama dalam teks berbahasa Arab. Oleh karena itu, seorang penerjemah paling tidak memahami ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab, walaupun tidak terlalu mendalam.
4. Memahami Susunan Setiap Kata dalam Kalimat
Setiap kata mempunyai fungsi tersendiri dalam sebuah kalimat. Ada subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Mungkin dalam hal ini, bahasa Arab memiliki kerumitan yang cukup tinggi dibanding bahasa-bahasa lain, apalagi ketika menerjemahkan syair. Oleh karena itu, seorang penerjemah hendaknya sering menelaah teks-teks berbahasa Arab dan membaca penjelasan-penjelasannya ( syarh ) jika ada.
5. Memahami Isi Teks
Sebelum mengungkapkan kembali ke dalam tulisan bahasa sasaran, sebaiknya penerjemah memahami isi naskah dalam setiap temanya. Karena hal ini akan mempermudah dalam menyusun dan memilih setiap padanan kata, karena tidak semua kata diterjemahkan sesuai dengan arti sebenarnya.
6. Mengungkapkan Kembali dalam Tulisan dalam Bahasa Sasaran
Ini merupakan langkah terakhir dalam menerjemah. Dalam langkah ini, penerjemah dituntut kreatif dalam memilih padanan kata dan menguasai tata bahasa dari bahasa sasaran. Dan disini, seorang penerjemah berposisi sebagai penafsir bagi naskah yang diterjemahkan.
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah hendaknya bijak dan kreatif dalam menerjemahkan teks bahasa asing. Hal itu—diantaranya—dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: apakah pembaca nantinya bisa memahami terjemahan saya; seberapa nikmat pembaca akan menelusuri baris demi baris terjemahan saya; serta sejauh mana kesediaan pembaca untuk memberikan toleransi terhadap suguhan saya?! Dari sini, seorang penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented) dan bukannya berorientasi pada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
Hanya saja, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa seorang penerjemah tidak boleh "mengacak-acak" isi teks atau pesan yang hendak disampaikan oleh penulis asli. Penggunaan metode yang fariatif tidak harus, bahkan tidak perlu, mengurangi kualitas dan kuantitas dari teks asli. Dengan kata lain, penggunaan berbagai metode untuk menguraikan kembali isi teks sumber ke dalam teks dengan bahasa sasaran dapat dilakukan tanpa sedikit pun menodai keutuhan pesan teks sumber asli. Syaratnya, isi kepala penerjemah harus dipenuhi banyak pilihan untuk tidak menerjemahkan sesuatu dengan hal lain yang tidak sepenuhnya tepat.

C. Menerjemahkan Ungkapan
Yang saya maksud ungkapan di sini adalah susunan kata yang terdiri lebih dari satu kata. Dalam menerjemah, penerjemah harus menafsirkan makna pada tingkat ungkapan. Dalam bahasa Arab, banyak sekali bentuk ungkapan yang tidak bisa difahami jika diterjemahkan perkata yang membentuknya. Ditambah lagi, dalam bahasa Arab seringkali digunakan kata kiasan untuk mengungkapkan suatu hal.
Contoh ungkapan yang terdiri dari satu kata dan huruf jar, yang mempunyai arti lain ketika huruf jarnya berbeda,
- رغب في yang berarti suka. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah عن .
- دعى له yang artinya mendoakannya dengan hal yang baik. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah على dan menjadiدعى عليه .
Masih banyak contoh ungkapan dalam bentuk ini dalam bahasa Arab. Untuk mengatasi hal ini, paling tidak penerjemah perlu membuka kamus standar, seperti al-Mu’jam al-Wasîth.
Contoh ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk makna lain:
- طويل الباع yang artinya adalah ahli atau mumpuni dalam bidang tertentu.
Misalnya dalam kalimat,
فلان طويل الباع في علم النحو
Tentunya tidak tepat dan sulit difahami jika diterjemahkan, “Karena si Fulan panjang depanya dalam ilmu nahwu”. Akan tetapi lebih tepat dan dapat difahami jika diterjemahkan menjadi, “Karena si Fulan ahli dalam ilmu nahwu”.
- Contoh lainnya adalah,
تضرب إليه أكباد الإبل
Yang maksudnya adalah: menjadi tujuan orang-orang dari berbagai penjuru.
Misalnya dalam kalimat,
فأصبح الشافعي عالما تضرب إليه أكباد الإبل
Tentunya tidak tepat dan tidak bisa difahami jika diterjemahkan menjadi,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang dipukul kepadanya hati-hati onta”.
Akan tetapi terjemahan yang benar adalah,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang menjadi tujuan para penuntut ilmu”.
Untuk mengatasi hal ini, disamping seorang penerjemah perlu banyak membaca buku-buku berbahasa Arab agar memiliki rasa bahasanya. Disamping itu, perlu juga memiliki buku-buku yang menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, seperti buku Mu’jam al-Mushthalahât wa al-Tarâkîb wa al-Amtsâl al-Mutadâwilah karya Dr. Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa al-Syarîf.

D. Menerjemahkan Istilah
Dalam bahasa Arab banyak sekali istilah yang mempunyai definisi tersendiri dan tidak bisa diterjemahkan ke dalam makna asli. Untuk hal ini, seorang penerjemah dituntut mempunyai wawasan cukup luas dengan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan istilah-istilah tersebut.
Misalnya kata adil yang arti aslinya adalah adil. Akan tetapi ketika berkaitan dengan saksi atau perawi, kata adil ini merupakan sebuah istilah yang mempunyai arti tersendiri. Yaitu orang yang tidak melakukan hal-hal negatif yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam ilmu ushul fiqh misalnya ada istilah nash dan zhâhir, dalam ilmu tashawuf misalnya ada istilah maqâm dan hâl, dan masih banyak lagi istilah-istilah yang lain yang harus diterjemahkan ke dalam definisi istilah itu sendiri, bukan ke dalam arti katanya.

E. Beberapa Contoh Bentuk Terjemahan
Dalam menerjemah, seorang penerjemah dituntut kreatif memilih padanan kata yang tepat dan sesuai dengan konteksnya. Karena, sekali lagi, tidak setiap padanan kata sesuai dengan makna aslinya.
- Misalnya kata قال yang arti aslinya berkata. Akan tetapi ketika melihat konteksnya, bisa diterjemahkan menjadi menjawab, menyahut, berkomentar, menimpali, menukas dan sebagainya.
- Huruf waw (و ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dan, akan tetapi dapat juga disepadankan dengan kata lain, seperti bersama, sedangkan dan lain-lain. Contoh yang disepadankan dengan kata sedangkan adalah dalam kalimat,
أنى يكون له النجاح وهو لا يذاكر
Lebih tepat jika diterjemahkan, “Bagaimana dia bisa lulus sedangkan dia tidak belajar”.
- Huruf min ( من ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dari, akan tetapi dapat disepadankan dengan kata diantara, sebagian, karena dan sebagainya. Contoh yang disepadankan menjadi kata karena adalah dalam kalimat,
بكى من موت ابنه
“Dia menangis karena kematian anaknya”.
Untuk lebih lengkapnya mengenai makna-makna huruf ini, dapat dilihat dalam kitab Mughni al-Labîb karya Ibnu Hisyâm.
- Susunan (مِن) ..... (ما) terkadang tidak perlu diterjemahkan, seperti dalam kalimat:
سنعد لهم ما يحتاجونه مِنَ الطعام
Kurang tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan apa-apa yang mereka butuhkan dari makanan”.
Akan tetapi lebih tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan makanan yang mereka butuhkan”.
- Susunan ( لا / ما ) ......( إلا ) atau yang disebut juga uslubul hashr terkadang kurang enak kalau diterjemahkan apa adanya.
Misalnya,
لا أرى أحدا في القاعة إلا أحمد
“Saya tidak melihat seorang pun di rungan itu kecuali Ahmad”.
Akan tetapi lebih luwes jika diterjemahkan menjadi, “Di ruangan itu saya hanya melihat Ahmad”.
- Pepatah, peribahasa atau kata-kata ungkapan lainnya terkadang kurang luwes jika diterjemahkan apa adanya dikarenakan perbedaan sosiokultural antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Misalnya dalam peribahasa Arab:

قد يقع عالم في زلة فإن لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة
Arti sesungguhnya adalah, “Terkadang seorang ulama melakukan kesalahan, karena setiap pedang yang tajam bisa saja tumpul dan setiap kuda yang berlari kencang pernah tergelincir. Akan tetapi akan lebih akrab dan luwes jika diterjemahkan dengan menggunakan peribahasa Indonesia asli, seperti karena tidak ada gading yang tak retak.

Penutup
Setelah paparan di atas, dapat penulis katakan bahwa menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan tetapi menerjemah membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Menerjemah tidak selamanya berjalan mulus, tetapi terdapat sejumlah kendala yang tidak jarang menghadang kelancaran menerjemah, seperti tidak adanya kata-kata bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumber dan sebagainya.
Terakhir, eksperiment is the best teacher, maka selamat mencoba dan jangan pernah berhenti untuk belajar.

0 komentar: