Senin, Maret 24, 2008

La Tahzan For Love!



Judul : La Tahzan For Love
Penulis: Najla Mahfuzh
Penerbit: Daral-Mishriyah al-Lubnaniyah, Kairo
Penerjemah: Kusrin Karyadi, Lc (Tanwir)
Penerbit Indonesia: Akar Media
Editor: MIRQAT Words cente

Seorang cewek sering kebingungan ketika dengan akal dan hatinya—dia berusaha mencari jalan yang mampu mengantarkannya pada pernikahan yang bahagia yang dilandasi cinta. Bahkan dia terkadang terjebak dalam petualangan cinta demi mewujudkan mimpi yang amat berharga ini. Kemudian, setelah semuanya terlambat, dia baru sadar bahwa selama ini dia hanya mengejar fatamorgana. Dia juga hanya mendapatkan rasa sakit dan penderiaan, bukan kebahagiaan dan indahnya pernikahaan.

Buku ini mempersembahkan kepada para cewek, apa yg mereka cari-cari selama ini. Hal itu akan mereka dapatkan dari pengalaman-pengalaman dan problematika yang dialami para cewek yang disampaikan kepada sang penulis, serta solusi yang praktis dan realistis untuk menghadapinya. Yang akan melindungi para cewek dari penipuan atas namacinta, serta menyia-yiakan perasaan dengan orang yang tidak berhak mendapatkannya.
Buku ini layak kok buat kita baca, bisa dijadiin sebagai inspirasi. Salah satu bagian yang aku suka yaitu pada bab yg judulnya “Aku tidak bisa mengerti kaum lelaki” pada halaman 222. Baca jug ayah…!

Sumber: www.greenmonk.wordpress.com

La Tahzan For Girl


Judul : La Tahzan For Girls

(Agar kamu para cewek tidak takut hadapi masa depan)

Penulis : Najla Mahfush

Penerbit : ad-Daral-mishriyah al-lubnaniyah,cairo

Penerjemah : Musthofa Sukawi, Lc.

Editor : MIRQAT Words center

Hmm, coba sebutkan apa sih yang paling ditakuti para cewek? MASA DEPAN.sudah pasti itu jawabannya! Meskipun kamu menjalani hidup ini dengan berusaha tetap ceria,menikmati canda ria dengan sohib-sohibmu, tapi harus kamu akui kalo ada kegelisahan yang menggelayut dibalik semua keceriaan itu.Dan sederetan pertanyaan semacamnya,bukankah sering terlintas dalam pikiranmu?ato km tulis di buku diarymu,iya khan?ngaku aja…coz aku juga gituh kok..hehe

By the way,melalui buku ini Najla Mahfuzh kembali hadir menguntai berbagai kisah penuh inspirasi buat kamu para cewek. Kisah-kisah itu dihadirkan supaya kamu dapat bercermin,bahwa masa depan memang perlu km pikir secara serius, tapi jangan sampe bikin kamu tertekan. Selama kamu berpegang pada Allah, masa depanmu insyaAllah cerah. Amin. Aku udah baca kok..dan isinya lumayanlah bikin adem…..coba aja deh…!

Sumber: www.greenmonk.wordpress.com

Hidup Selalu Optimis


Judul buku: Optimislah, Anda Memiliki Semuanya
Penulis: Dr Khalid Umar Abdurrahman ad-Disuqi
Penerjemah: Ali Ghufron Lc, dan Kusrin Karyadi (at-Tanwir)
Penerbit: Maghfirah Pustaka
Cetakan: I, 2005

Secara garis besar, manusia dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, sosok yang optimis. Kedua, figur yang pesimis. Sosok yang optimis menatap kehidupan dengan mata berbinar, dan ingin melihat matahari esok pagi segera bersinar. Ia berusaha menghabiskan usianya untuk menghasilkan kreasi yang berarti, sehingga namanya dikenang abadi dan tak pernah mati. Ia pun terus mengobarkan semangat dan menjunjung asa, sehingga semua tantangan yang menghalanginya hancur binasa.

Sebaliknya, seorang pesimis tidak hanya memandang hidup dengan mata teduh, seakan besok bumi akan runtuh, tapi juga menghiasi hari-harinya dengan beragam keluh kesah luapan rasa gelisah. Baginya, ujian dan cobaan kehidupan ibarat monster ganas yang siap melumatnya dengan buas.

Padahal Allah SWT, Sang Khaliq telah memberikan bekal amunisi (misalnya organ tubuh) yang sama kepada kedua kelompok manusia itu untuk menghadapi medan juang bernama kehidupan. Lalu mengapa keduanya berbeda?

Inilah yang menggelitik Dr Khalid Umar Abdurrahman Ad-Disuqy untuk menciptakan formula yang bisa menyadarkan umat Islam, khususnya, maupun umat manusia pada umumnya, bahwa dirinya lahir ke dunia sebagai makhluk yang sempurna dan dibekali dengan beragam potensi. Singkatnya, penulis meyakinkan bahwa Allah tidak membiarkan manusia ''bertempur'' di medan perang kehidupan duniawi tanpa ''senjata'' yang memadai.

Optimislah, Anda memiliki semuanya, dan Anda akan berhasil! Itulah inti buku ini, yang diuraikan dalam 13 bab. Yakni, pastikan tujuan Anda, bangkitlah dari mimpi buruk, berbahagialah dengan keluasan rahmat Allah, ubahlah sengsara menjadi nikmat, lalukan apa yang Anda bisa saja, dan syukuri karunia Tuhan. Selain itu, tersenyumlah, waktu adalah kunci sukses, semakin merendah justu semakin mulia, jangan menganggap serius perbuatan remeh, singkirkan rasa bosan dan berkreasilah, dan hiasilah diri Anda dengan keindahan. Penulis menutup bukunya dengan bab ''berdoalah dengan khyusuk''.

Sumber: www.republika.co.id

Bekal Meraiah Surga


Judul buku: Semilir Angin Surga
Penulis: Dr Khalid Abu Syadi
Penerjemah: Mushtofa Sukawi, Lc (at-Tanwir)
Penerbit: Senayan Abadi Publishing
Cetakan: I, April 2006

Adakah kehidupan yang lebih indah dari surga yang dijanjikan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa? Suatu kenikmatan yang tak pernah terpikirkan oleh otak manusia, tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah dusentuh oleh kulit manusia. Betapa cocoknya doa berikut ini, ‘’Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tiada kunjung habis, bidadari yang tak pernah bosan, dan kenikmatan dapat melihat Zat-Mu yang Agung.’’

Buku ini merupakan bekal untuk meraih surga. Penulis menjelaskan seluk-beluk surga dan bagaimana cara meraihnya. Salah satu hal terpenting untuk menggapai surga adalah meninggalkan segala perbuatan maksiat dan dosa. Surga perlu digapai dengan rasa cinta, rasa rindu serta rasa penuh kesungguhan menjalani tuntunan-Nya. Akan tetapi, semua rasa itu tak mudah dihidupkan bila hati ini penuh noda dan dosa.

Menurut penulis, dosa adalah luka dan derita. Seperti ditulisnya di awal buku ini, ‘’Bagaimana Anda tidak membenci sebuah dosa, sedangkan dosa adalah sebab Anda menjadi terhina di hadapan Allah Yang Mahakuasa, karena dosa Anda dibenci setiap manusia, Dosa telah menghalangi Anda dari hidayah-Nya, juga telah menghalangi Anda berbuat baik terhadap sesama.’’ (hlm 1)

Tepat sekali sabda Rasulullah SAW,
Sebagaimana tidak mungkin memetik anggur dari dedurian, maka orang-orang yang bermaksiat tidak akn bisa menempati tempat orang-orang yang saleh. Berbuatlah dengan berbagai macam cara sesuai dengan kehendak hati kalian! Tetapi pada setiap jalan yang kalian ambil, kalian akan diberlakukan sebagaimana orang-orang yang pernah meniti jalan itu.’’ (hlm 5)

Penulis membagi bukunya jadi sepuluh bab. Dari dosa sebagai luka dan derita, kenikmatan tanpa disyukuri, surga yang dijanjikan Tuhan, kerinduan kepada Rasulullah SAW, kematian hingga beramal kebajikan. Buku berharga ini perlu dibaca oleh setiap Muslim. Uraiannya yang lugas dan padat, insya Allah dapat menjadi bekal bagi para pembacanya untuk meraih surga Allah SWT.

Sumber: www.republika.co.id

Teladan dari Isteri Nabi

Judul buku: Istri-istri Para Nabi
Penulis: Dr Mushthafa Murad
Penerjemah: Muhtadi Kadi & Nurhadi (at-Tanwir)
Penerbit: Senayan Abadi
Cetakan: I, Februari 2006

Tiada yang lebih berharga bagi seorang laki-laki kecuali mempunyai istri yang salehah. Istri yang demikian, akan menjadi mitra sejatinya dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah (keluarga yang penuh dengan ketenangan, cinta dan kasih sayang).

Untuk menjadi istri dambaan, setiap Muslimah sudah sepatutnya mengambil teladan dari istri para Nabi Allah. Terhadap istri-istri yang shalehah, wanita Muslimah dapat mengambil contoh kebaikannya. Sedangkan terhadap istri-istri yang durhaka, wanita Muslimah dapat mengambil i'tibar untuk menjauhkannya.

Buku yang ditulis oleh Mushthafa Murad, Guru Besar Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini mengisahkan istri-istri nabi, sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya termasuk Hawa (istri Nabi Adam), Walighah (istri Nabi Nuh), Sarah dan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim), istri-istri Nabi Ismail, Walighah (istri Nabi Luth), istri-istri Nabi Daud, hingga istri-istri Rasulullah SAW, seperti Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Saudah, Safiah binti Huyyi, Zainah binti Jahsy, sampai Ummu Habibah dan Mariah al-Qitbiyah. Di dalamnya diuraikan bagaimanakah seharusnya sikap seorang istri terhadap suaminya, mertuanya, maupun masyarakat.

Satu contoh yang dikemukakan, adalah ketika suatu hari Nabi Ibrahim AS berkunjung ke rumah Ismail AS. Saat itu Ismail sedang berusaha di luar kota. Sang istri itu berkeluh kesah dan menjelekkan suaminya. Maka Nabi Ibrahim pun titip pesan buat Ismail agar mengganti palang pintu rumahnya. Ketika Ismail kembali dari berdagang, ia mendengarkan wasiat tersebut. Ia pun kemudian menceraikan istrinya, karena oleh orangtuanya dinilai akhlaknya kurang baik.

Penulis berharap kisah-kisah yang disampaikan dalam buku ini dapat mendidik para wanita, istri dan anak-anak wanita Muslimah agar dapat berakhlak dengan akhlak para istri Nabi yang salehah.

Sumber: www.republika.co.id

Nabi-Nabi Allah

Judul asli : Anbiya`ullah
Penulis : Ahmad Bahjat
Penerjemah : Muhtadi kadi dan Musthafa Sukawi, Lc (Tanwir)
Editor : Sujilah Ayu
Penerbit: Qisthi Press
ISBN : 978-979-1303-10-1
ukuran : 16 x 24 cm
Jenis : Hard Cover Besar
Tebal : 4,6 cm
Halaman : xx + 696
Cetakan : Pertama (Agustus, 2007)
Kategori : Biografi
Harga : Rp. 105.000

Sinopsis :
“Setiap kali kugoreskan penaku untuk menulis buku ini, aku merasakan keteguhan dan kekhidmatan sebagaimana yang aku rasakan saat bersujud dalam shalat malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram, Mekah.”

Pengakuan penulis di atas menunjukkan betapa karya ini ditulis dengan khidmat, khusyuk, dan penuh penghayatan. Karenanya, tak mengherankan bila buku yang diterbitkan kali pertama pada April 1973 ini meledak di pasar dan habis dalam hitungan hari. Sampai tahun 2006, edisi bahasa Arab buku ini sudah sampai pada Cetakan ke-32.

Banyak komentar menyebut buku ini sebagai risalah sejarah terlengkap tentang nabi-nabi Allah, Karena, buku ini tidak hanya memuat kisah kehidupan 25 nabi yang selama ini telah kita kenal, tetapi juga riwayat hidup nabi-nabi lain yang jarang terdengar, seperti nabi-nabi dari Bani Israil dan nabi-nabi dari kaum Yasin.

Dengan gaya tutur sastrawipenulisnya, nilai keilmiahan buku ini semakin mudah dicerna dan dipahami. Bahkan, unsur tersebut bersatu pada menjadikannya sebagai sebuah karya referensial yang sejuk dibaca hingga berkali-kali.[]

Sumber: www.sahabatmuslim.com

Wanita dan Rasa Kue*



Oleh: Muhtadi Kadi

Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang pandai dan cerdik, tetapi juga tampan. Banyak gadis tergila-gila padanya. Namun, dia hanya ingin beristri wanita salihah. Allah mengabulkan keinginannya.

Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat dan handai taulan. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah. Hal ini membuatnya galau.

Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung kerumahnya. Dia menyediakan mereka hidangan kue berbentuk sama, tetapi beraneka warna, mulai dari putih, coklat, kuning, dan hitam. Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan itu. ''Wah, kue yang coklat ini lezat,'' bisik seorang tamunya.

''Tetapi, kue yang putih ini juga nikmat,'' bisik tamu lainnya. Tamu yang telah mencicipi kue coklat itu tidak percaya, lalu mencoba kue-kue yang disarankan rekan-rekannya. ''Nah, rasanya sama 'kan dengan kue yang berwarna coklat tadi?'' tanya seorang rekannya.

Perbincangan para tamu berkutat pada kue yang beraneka warna, namun satu rasa, manis semua. Akhirnya, Ibnu Abbas berbicara, ''Saudara-saudaraku semua, saya sengaja memberi warna kue ini dengan warna putih, coklat, kuning, hitam, namun rasanya sama, manis semua. Begitu juga dengan istri-istri saudara. Meraka yang berkulit putih, coklat, kuning, dan hitam, walaupun berbeda warna, rasanya bisa saya pastikan sama semua.''

Rasulullah saw menganjurkan kepada mereka yang sudah beristri, jika melihat wanita lain lalu bernafsu, hendaknya segera pulang dan menunaikan kewajibannya sebagai suami terhadap istri. Apa yang dimiliki wanita lain juga ada pada istri kita.

Sementara itu, terhadap mereka yang belum menikah, dalam hadisnya Rasulullah berkata, ''Wahai para pemuda, siapa pun di antara Anda yang sudah mampu [memberi nafkah lahir batin] segeralah menikah. Sementara bagi yang belum mampu, lebih baik baginya berpuasa karena puasa dapat membendung hawa nafsu.''

Dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Hambal, nabi bersabda, ''Pandangan [bernafsu] adalah anak panah yang beracun dari busur Iblis. Barang siapa yang menahan pandangannya dari kemolekan wanita, Allah akan memberikan kenikmatan dalam hatinya sampai hari perjumpaannya dengan Allah.'' []

*Dimuat di www.iq-sukses.net (senin, 6 Mei 2006), www.as-salam.com (1 Mei 2006).

Minggu, Maret 02, 2008

Pengantar Pelatihan Terjemah

Pendahuluan
Penerjemah adalah mediator atau komunikator antara pengarang dan pembaca. Oleh karena itu, penerjemah dituntut memahami karakteristik bahasa kedua belah pihak. Lebih jauh lagi, seorang penerjemah merupakan seorang penafsir dari bahasa pengarang teks asal, karena yang diterjemahkannya adalah maknanya, bukan bahasanya saja. Sehingga bisa dikatakan, menerjemah adalah sebuah kegiatan yang cukup kompleks.
Dalam menerjemah, secara tidak langsung seseorang sedang menyampaikan hasil pemahamannya dari sebuah teks. Menyampaikan apa yang difahami, tentu berbeda dengan sekadar memahami. Karena tidak semua orang yang faham mampu menyampaikannya kembali dengan baik, terlebih lagi dalam bahasa tulisan. Tulisan ringan yang dirangkum dari berbagai sumber ini, akan sedikit mengupas tentang prinsip, langkah dan contoh-contoh menerjemah terutama dari teks yang berbahasa Arab.

A. Prinsip Menerjemah
Dalam menerjemah, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal.
Hampir semua penerjemah memaklumi prinsip ini. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus menanamkan sifat amanah dalam menerjemah, karena seorang penerjemah tidak lain hanyalah “juru bicara” bagi pengarang teks asal yang menyampaikan kembali maksud dari tulisannya. Namun tidak jarang, karena kesalahfahaman terhadap maksud pengarang teks asal, seorang penerjemah terjebak dalam kesalahan yang fatal. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dan kesungguhan dalam menerjemah.
2. Menghasilkan terjemahan yang mudah difahami pembaca.
Menerjemah adalah sebagian dari bentuk berkomunikasi. Oleh karena itu, sebuah terjemahan seharusnya mudah difahami supaya tujuan komunikasi antara pembaca dengan pengarang asli dapat dicapai.
3. Menghormati tatabahasa penerima.
Dalam proses menerjemah, tatabahasa dari bahasa penerima harus dihormati dan tidak seharusnya memaksakan tatabahasa asing ke dalam teks terjemahan. Disamping itu, penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented), bukannya berorientasi kepada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
4. Menerjemahkan makna bahasa bukan menerjemah bentuk bahasa.
Dalam proses menerjemah, hendaknya terfokus kepada makna teks asal. Dan tidak seharusnya penerjemah berusaha setia kepada bentuk bahasa teks asal, karena akan menghasilkan terjemahan yang sukar difahami.
Berpandukan kepada prinsip-prinsip ini, seorang penerjemah diharapkan dapat menghasilkan satu karya terjemahan yang tidak “bau” terjemahan; yaitu yang bisa difahami dan enak dibaca.

B. Langkah-langkah dalam Menerjemah
Ada beberapa langkah yang hendaknya dilakukakn oleh seorang penerjemah. Diantara langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menguasai Topik Naskah yang akan Diterjemahkan
Sebelum melakukan langkah-langkah lain, langkah pertama ini perlu dilakukan, agar seorang penerjemah siap menghadapi naskah yang akan diterjemahkan. Dalam langkah pertama ini, tidak jarang seorang penerjemah perlu membaca buku-buku referensi serupa dengan naskah yang akan diterjemahkan. Karena tidak jarang topik naskah yang akan diterjemahkan belum dikuasai oleh penerjemah. Misalnya ketika akan menerjemahkan buku Dr. Zaghlul an-Najjar tentang tafsir ilmi. Tentunya seorang penerjemah akan kewalahan jika tidak terlebih dahulu membaca buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu eksakt.
Dalam langkah pertama ini juga, seorang penerjemah hendaknya dapat membedakan karakteristik naskah yang akan diterjemahkan; apakah itu naskah bersifat ilmiah, cerita dan sebagainya.
2. Mengetahui Makna Setiap Kata
Langkah ini mutlak diperlukan, karena bagaimana seorang penerjemah dapat menerjemahkan isi naskah jika tidak mengetahui makna setiap kosa katanya? Maka bagi siapapun yang ingin memasuki dunia terjemah, hendaknya selalu memperkaya perbendaharaan kata dari bahasa obyek yang akan diterjemahkan.
3. Memahami Tata Bahasa Teks Asal
Langkah ini sangat penting terutama dalam teks berbahasa Arab. Oleh karena itu, seorang penerjemah paling tidak memahami ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab, walaupun tidak terlalu mendalam.
4. Memahami Susunan Setiap Kata dalam Kalimat
Setiap kata mempunyai fungsi tersendiri dalam sebuah kalimat. Ada subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Mungkin dalam hal ini, bahasa Arab memiliki kerumitan yang cukup tinggi dibanding bahasa-bahasa lain, apalagi ketika menerjemahkan syair. Oleh karena itu, seorang penerjemah hendaknya sering menelaah teks-teks berbahasa Arab dan membaca penjelasan-penjelasannya ( syarh ) jika ada.
5. Memahami Isi Teks
Sebelum mengungkapkan kembali ke dalam tulisan bahasa sasaran, sebaiknya penerjemah memahami isi naskah dalam setiap temanya. Karena hal ini akan mempermudah dalam menyusun dan memilih setiap padanan kata, karena tidak semua kata diterjemahkan sesuai dengan arti sebenarnya.
6. Mengungkapkan Kembali dalam Tulisan dalam Bahasa Sasaran
Ini merupakan langkah terakhir dalam menerjemah. Dalam langkah ini, penerjemah dituntut kreatif dalam memilih padanan kata dan menguasai tata bahasa dari bahasa sasaran. Dan disini, seorang penerjemah berposisi sebagai penafsir bagi naskah yang diterjemahkan.
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah hendaknya bijak dan kreatif dalam menerjemahkan teks bahasa asing. Hal itu—diantaranya—dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: apakah pembaca nantinya bisa memahami terjemahan saya; seberapa nikmat pembaca akan menelusuri baris demi baris terjemahan saya; serta sejauh mana kesediaan pembaca untuk memberikan toleransi terhadap suguhan saya?! Dari sini, seorang penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented) dan bukannya berorientasi pada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
Hanya saja, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa seorang penerjemah tidak boleh "mengacak-acak" isi teks atau pesan yang hendak disampaikan oleh penulis asli. Penggunaan metode yang fariatif tidak harus, bahkan tidak perlu, mengurangi kualitas dan kuantitas dari teks asli. Dengan kata lain, penggunaan berbagai metode untuk menguraikan kembali isi teks sumber ke dalam teks dengan bahasa sasaran dapat dilakukan tanpa sedikit pun menodai keutuhan pesan teks sumber asli. Syaratnya, isi kepala penerjemah harus dipenuhi banyak pilihan untuk tidak menerjemahkan sesuatu dengan hal lain yang tidak sepenuhnya tepat.

C. Menerjemahkan Ungkapan
Yang saya maksud ungkapan di sini adalah susunan kata yang terdiri lebih dari satu kata. Dalam menerjemah, penerjemah harus menafsirkan makna pada tingkat ungkapan. Dalam bahasa Arab, banyak sekali bentuk ungkapan yang tidak bisa difahami jika diterjemahkan perkata yang membentuknya. Ditambah lagi, dalam bahasa Arab seringkali digunakan kata kiasan untuk mengungkapkan suatu hal.
Contoh ungkapan yang terdiri dari satu kata dan huruf jar, yang mempunyai arti lain ketika huruf jarnya berbeda,
- رغب في yang berarti suka. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah عن .
- دعى له yang artinya mendoakannya dengan hal yang baik. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah على dan menjadiدعى عليه .
Masih banyak contoh ungkapan dalam bentuk ini dalam bahasa Arab. Untuk mengatasi hal ini, paling tidak penerjemah perlu membuka kamus standar, seperti al-Mu’jam al-Wasîth.
Contoh ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk makna lain:
- طويل الباع yang artinya adalah ahli atau mumpuni dalam bidang tertentu.
Misalnya dalam kalimat,
فلان طويل الباع في علم النحو
Tentunya tidak tepat dan sulit difahami jika diterjemahkan, “Karena si Fulan panjang depanya dalam ilmu nahwu”. Akan tetapi lebih tepat dan dapat difahami jika diterjemahkan menjadi, “Karena si Fulan ahli dalam ilmu nahwu”.
- Contoh lainnya adalah,
تضرب إليه أكباد الإبل
Yang maksudnya adalah: menjadi tujuan orang-orang dari berbagai penjuru.
Misalnya dalam kalimat,
فأصبح الشافعي عالما تضرب إليه أكباد الإبل
Tentunya tidak tepat dan tidak bisa difahami jika diterjemahkan menjadi,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang dipukul kepadanya hati-hati onta”.
Akan tetapi terjemahan yang benar adalah,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang menjadi tujuan para penuntut ilmu”.
Untuk mengatasi hal ini, disamping seorang penerjemah perlu banyak membaca buku-buku berbahasa Arab agar memiliki rasa bahasanya. Disamping itu, perlu juga memiliki buku-buku yang menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, seperti buku Mu’jam al-Mushthalahât wa al-Tarâkîb wa al-Amtsâl al-Mutadâwilah karya Dr. Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa al-Syarîf.

D. Menerjemahkan Istilah
Dalam bahasa Arab banyak sekali istilah yang mempunyai definisi tersendiri dan tidak bisa diterjemahkan ke dalam makna asli. Untuk hal ini, seorang penerjemah dituntut mempunyai wawasan cukup luas dengan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan istilah-istilah tersebut.
Misalnya kata adil yang arti aslinya adalah adil. Akan tetapi ketika berkaitan dengan saksi atau perawi, kata adil ini merupakan sebuah istilah yang mempunyai arti tersendiri. Yaitu orang yang tidak melakukan hal-hal negatif yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam ilmu ushul fiqh misalnya ada istilah nash dan zhâhir, dalam ilmu tashawuf misalnya ada istilah maqâm dan hâl, dan masih banyak lagi istilah-istilah yang lain yang harus diterjemahkan ke dalam definisi istilah itu sendiri, bukan ke dalam arti katanya.

E. Beberapa Contoh Bentuk Terjemahan
Dalam menerjemah, seorang penerjemah dituntut kreatif memilih padanan kata yang tepat dan sesuai dengan konteksnya. Karena, sekali lagi, tidak setiap padanan kata sesuai dengan makna aslinya.
- Misalnya kata قال yang arti aslinya berkata. Akan tetapi ketika melihat konteksnya, bisa diterjemahkan menjadi menjawab, menyahut, berkomentar, menimpali, menukas dan sebagainya.
- Huruf waw (و ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dan, akan tetapi dapat juga disepadankan dengan kata lain, seperti bersama, sedangkan dan lain-lain. Contoh yang disepadankan dengan kata sedangkan adalah dalam kalimat,
أنى يكون له النجاح وهو لا يذاكر
Lebih tepat jika diterjemahkan, “Bagaimana dia bisa lulus sedangkan dia tidak belajar”.
- Huruf min ( من ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dari, akan tetapi dapat disepadankan dengan kata diantara, sebagian, karena dan sebagainya. Contoh yang disepadankan menjadi kata karena adalah dalam kalimat,
بكى من موت ابنه
“Dia menangis karena kematian anaknya”.
Untuk lebih lengkapnya mengenai makna-makna huruf ini, dapat dilihat dalam kitab Mughni al-Labîb karya Ibnu Hisyâm.
- Susunan (مِن) ..... (ما) terkadang tidak perlu diterjemahkan, seperti dalam kalimat:
سنعد لهم ما يحتاجونه مِنَ الطعام
Kurang tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan apa-apa yang mereka butuhkan dari makanan”.
Akan tetapi lebih tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan makanan yang mereka butuhkan”.
- Susunan ( لا / ما ) ......( إلا ) atau yang disebut juga uslubul hashr terkadang kurang enak kalau diterjemahkan apa adanya.
Misalnya,
لا أرى أحدا في القاعة إلا أحمد
“Saya tidak melihat seorang pun di rungan itu kecuali Ahmad”.
Akan tetapi lebih luwes jika diterjemahkan menjadi, “Di ruangan itu saya hanya melihat Ahmad”.
- Pepatah, peribahasa atau kata-kata ungkapan lainnya terkadang kurang luwes jika diterjemahkan apa adanya dikarenakan perbedaan sosiokultural antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Misalnya dalam peribahasa Arab:

قد يقع عالم في زلة فإن لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة
Arti sesungguhnya adalah, “Terkadang seorang ulama melakukan kesalahan, karena setiap pedang yang tajam bisa saja tumpul dan setiap kuda yang berlari kencang pernah tergelincir. Akan tetapi akan lebih akrab dan luwes jika diterjemahkan dengan menggunakan peribahasa Indonesia asli, seperti karena tidak ada gading yang tak retak.

Penutup
Setelah paparan di atas, dapat penulis katakan bahwa menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan tetapi menerjemah membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Menerjemah tidak selamanya berjalan mulus, tetapi terdapat sejumlah kendala yang tidak jarang menghadang kelancaran menerjemah, seperti tidak adanya kata-kata bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumber dan sebagainya.
Terakhir, eksperiment is the best teacher, maka selamat mencoba dan jangan pernah berhenti untuk belajar.