Minggu, Agustus 24, 2008

Selamat Datang Istri Impian

SELAMAT DATANG ISTRI IMPIAN

Pengarang : Isham Muhammad Syarif
Penerbit : Mirqat
Penerjemah : Muhtadi Kadi




S
ekilas isi buku:

Manusia adalah makhluk pemimpi. Terutama jika mimpi itu berkaitan dengan pasangan atau pendamping hidupnya.

Anda tentu tidak perlu malu-malu untuk mengakuinya. Bukankah memang sebagian waktu Anda dihabiskan dalam khayalan dan angan-angan tentang pasangan impian Anda? Seperti apakah wanita yang didamba banyak kaum pria? Cukupkah dengan kecantikan fisik?

Nah, buku ini memang pada mulanya ditujukan untuk kaum pria. Tapi sebenarnya, pada saat yang sama, kaum wanita (baca: muslimah) juga sangat berkepentingan dengan buku ini. Bukankah Anda -para muslimah- juga ingin mendengarkan sang suami mengatakan pada Anda: ""Selamat datang, istri impian...""? Jika demikian, Anda juga wajib baca buku ini.

Sumber:
http://www.maktab.co.id/display.php?buku=50

Populer Tapi Keliru!

POPULER TAPI KELIRU!

Pengarang : Adil Fathi Abdullah
Penerbit : Mirqat Publishing
Tahun : 2007
Hlm : 145
Penerjemah : Nur Alamsyah




Sekilas isi buku:

Buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ini termasuk bagus isinya. Meliputi banyak hal mulai dari kesalahan-kesalahan yang mungkin tidak kita sadari seperti ketika mengeraskan bacaan tasbih sebelum waktu subuh tiba, tidak meratakan air pada anggota badan saat wudhu, tergesa-gesa pergi ke masjid, bergerak bersamaan dengan imam, berbohong ketika puasa, bahkan hingga adu mulut saat haji. Kualitas terjemahan pun termasuk bagus dan mudah dipahami.

Sayang, karena mungkin penulisnya bukan orang Indonesia, buku ini tidak mencakup banyak pertanyaan yang lazim ditemui di negeri kita seperti: ziarah makam sebelum Ramadhan dan setelah Idul Fitri, pengajian malam nispu, tarawih di rumah orang yang meninggal dunia, dll. Tapi diluar itu, buku ini sudah sangat memadai.

Sumber:
http://cakrawala-senja.blogspot.com/2008/07/populer-tapi-keliru.html

Melamar Bidadari Dengan Shalat Malam

MELAMAR BIDADARI DENGAN SHALAT MALAM

Pengarang : Amru Khalid
Penerbit : Mirqat
Penerjemah: Muhtadi Kadi



Sekilas isi buku:


NIKMAT shalat malam sungguh tiada tara. Bila malam semakin malam, segala makhluk beranjak ke pembaringan, sebagian yang lain larut dalam gelapnya dunia malam yang hingar...di saat itulah, para hamba yang shalih berjingkat dalam diam, membasahi tubuh dengan wudhu, lalu tumpas dalam penghambaan yang sungguh dalam. Nikmatnya sungguh dalam. ANDA sudah membayangkan kenikmatannya? Bersabarlah. Itu adalah puncak yang tinggi. Ada anak-anak tangga yang harus kita lewati. Dan mungkin buku ini adalah satu di antara anak tangga itu.

Penulis buku ini, Amru Khalid, seorang da'i yang sedang naik daun di Mesir saat ini- menyajikan pesan-pesan ruhani yang ringan namun indah agar kita sampai ke puncak kenikmatan NAH, agar shalat malam Anda dapat tetap sejalan dengan al-Sunnah, kami memberikan bonus buku panduan buat Anda yang memiliki buku ini. Bonus itu berjudul: Risalah Panduan Shalat Malam, karya seorang ulama muda Saudi yang brilian, Syekh Suleiman bin Nashir al-'Ulwan. Sampai bertemu di "puncak".

Sumber:
http://www.maktab.co.id/display.php?buku=164

Rabu, Agustus 20, 2008

Selamat Datang Suami Impian

Selamat Datang Suami Impian

Penulis : Isham Muhammad Syarif

Judul Asli : Hadza Huwa Zauji
Penerbit : Gen Mirqat
Penerjemah: Muhtadi Kadi




Sekilas isi buku:
Manusia adalah makhluk pemimpi. Terutama jika mimpi itu berkaitan dengan pasangan atau pendamping hidupnya. Anda tentu tidak perlu malu-malu untuk mengakuinya. Bukankah memang sebagian waktu Anda dihabiskan dalam khayalan dan angan-angan tentang pasangan impian Anda? Seperti apakah pria yang didamba banyak kaum wanita? Cukupkah fisik dan harta sebagai ukurannya? Nah, buku ini memang pada mulanya ditujukan untuk kaum wanita. Tapi sebenarnya, pada saat yang sama, kaum pria juga sangat berkepentingan dengan buku ini. Bukankah Anda-para pria-juga ingin mendengarkan sang istri mengatakan pada Anda: ''Selamat datang, suami impian'' Jika demikian, Anda juga wajib baca buku ini!.

Kupas Tuntas A-Z Masalah Kehamilan


Saat Ibu Mengandung
Kupas Tuntas A-Z Masalah Kehamilan

Penulis: DR. Adil Bin Yusuf Al-Azzazi
Penerbit: Ziyad Book

Penerjemah: Sugeng Haryadi, Lc


Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Ar-Ra’d : ??)

Bisa dipastikan seorang ibu selalu membelai-belai si jabang bayi yang dikandungnya. Bahagia bercampur was-was dan juga penuh harapan pada calon jabang bayi yang akan hadir ke dunia. Namun, semua keputusan tetap di tangan Allah, Dzat Yang Maha Mengatur segala sesuatu.


Alam rahim adalah alam yang penuh misteri dan keajaiban. Hanya Allah saja yang mengetahui apa yang ada di dalamnya. Manusia tidak mampu campur tangan atas apa yang telah ditakdirkan oleh Allah pada si janin. Laki-laki atau perempuan. Sempurna atau kurang sempurna manurut manusia. Bahagia atau sengsara di kemudian hari. Semua menjadi rahasia Allah SWT. Maha Suci Allah Dzat Yang Maha Sempurna.


Hanya ada satu tersisa di tangan manusia untuk calon bayi, usaha dan doa. Buku ini menyajikan menu special buat Anda, calon ibu. Di dalamnya Anda akan mendapatkan pandangan-pandangan ilmiah tentang keajaiban alam rahim. Juga, akan Anda dapatkan kiat-kiat praktis yang berkaitan dengan perawatan sang jabang bayi.

Dengan begitulah…BUKU INI akan membawakan ketenangan pada setiap ibu saat mengandung, mencerahkan ilmu pengetahuan tentang alam rahim, dan membangun harapan bagi masa depan anak yang akan lahir.

Sumber: http://solobook.wordpress.com

Kunci-kunci Pembuka Pintu Rezeki

Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawiy
Judul Asli : Mafatih ar-Rizq
Penerbit : ZIYAD BOOK
Berat: 0,4 kg
Penerjemah : Mustofa Sukawi, Lc




Sekilas isi buku:


Allah Mahalembut terhadap hamba-hamba-Nya. Dia memberi rezeki kepada yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Mahakuat lagi Mahaperkasa. (asy-Syura: 19) Setiap manusia berharap agar curahan rezeki terus mengalirsepanjang hidupnya.Namun, barangkali tidak semua harapannya bisa tercapai. Kadang harapan itu kandas di tengah jalan, tanpa kita ketahui penyebabnya. Padahal kita telah bekerja dan berusaha dengan sepenuh jiwa dan upaya. Disinilah letak rahasianya, bahwa rezeki ternyata mempunyai pintu yang harus dibuka. Menjadi mustahil jika seseorang mengharap banyak rezeki, namun ia tidak mengetahui kunci-kuncinya. Dengan buku ini kita akan dapat menghiasi hidup dengan Kunci-kunci Pembuka Pintu Rezeki. Dengan kunci-kunci itu pula seorang mukmin akan mendapat kelapangan rezeki dari Allah dan kemudahan dalam kehidupan. Dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (an-Nur: 38)


Pesona Kasih Ilahi

Dr. Saifullah Abdush Shamad, MA
Judul Asli : Ath Tharabuth baina al-Fuqara wa al Aghniya fi Dhanu’i al-Kitab wa as-Sunnah
Penerbit : Penerbit Mega Press
Cet : Pertama, 2008
Hlm : 482
Penerjemah : Kusrin Karyadi, Lc

Anak Gambut
Jumat, 30-05-2008 | 01:30:44

KH Husin Naparin Lc MA
Menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), masyarakat dihantui kegalauan. Sejumlah orang memutar otak mengambil kesempatan menumpuk BBM sehingga bisa dijual bila harga BBM naik. Akhirnya harga BBM memang naik.

Saifullah Abdush Shamad mengatakan Islam mengharamkan penimbunan barang kebutuhan pokok untuk mengendalikan harga. Usaha menaikkan nilai ini juga ilegal. Selain itu, tindakan ini merugikan orang lain. Oleh karena itu, Islam melarang keras monopoli dan menganggap pelakunya sebagai penjahat yang patut mendapat hukuman.

Dalil keharamannya ada dalam beberapa sabda Rasulullah SAW.

"Hanya orang yang keliru yang menimbun barang." (H.R.Muslim).

"Orang yang mendatangkan barang dari luar (importir) akan dikarunia rezeki, sedangkan orang yang menimbun barang akan dilaknati." (H.R.Majah dan Hakim).

"Barang siapa yang menimbun bahan makanan kaum muslimin maka Allah akan menghukumnya dengan lepra atau bangkrut." (H.R.Ibnu Majah).

"Barang siapa yang menimbun makanan selama 40 hari maka dia telah terlepas dari Allah dan Allah akan melepaskannya. Jika ada sebuah keluarga yang karena tindakannya tersebut salah seorang anggotanya kelaparan maka Allah tidak lagi bertanggung jawab atas mereka." (HR.Ahmad,Abu Ya’la,al Bazzar,dan Hakim).

Inilah cuplikan kata-kata Saifullah dalam tesisnya untuk mencapai gelar MA Jurusan Studi Islam di Universitas al-Neelain, Sudan, pada 2005.

Tesisnya berjudul "Ath Tharabuth baina al-Fuqara wa al Aghniya fi Dhanu’i al-Kitab wa as-Sunnah". Artinya, "Hubungan antara Kaum Fakir Miskin dengan orang-orang Kaya dalam Al Kitab dan As Sunnah". Ini dibukukan dalam bahasa Indonesia dengan judul "Pesona Kasih Ilahi solusi Islam Mengentaskan Kemiskinan". Buku 482 halaman ini dicetak Penerbit Mega Press, Bumi Ayu Nomor 57 Kelurahan Pemurus Baru, Banjarmasin.

Pada 31 Desember 2007, Saifullah berhasil meraih gelar Doktor di universitas yang sama dengan tesis berjudul "Jaraim al-I’tida ala an Nafsi wa al Mali fi Dhau’i al-Kitab wa as-Sunnah (dirasah fiqhiyyah muqaranah) mencapai 600 halaman.

Siapakah Saifullah? Dia dilahirkan pada 1962 di Kampung Tatah Gumpung Kecamatan Gambut Kabupaten Banjar, Kalsel. Bapaknya Abdush Shamad bin Syamsuddin dan ibunya Hj Siti Abidah binti Sahari. Keduanya sudah meninggal.

Sekolah dasar dan menengahnya dikecap Saifullah di Pondok Pesantren Darussalam Martapura hingga 1979. Sarjana Muda diraihnya pada 1983 di Fakultas Syariah IAIN Antasari pada 1991.

Dia menyelesaikan sarjananya di Fakultas Syariah wa al Qanun Universitas Al Azhar Mesir. Gelar diploma juga dia raih pada 1990 di Institut Studi Islam, Kairo, Mesir. Dia juga mendapatkan gelar MA di Wifaqul Madaris As-Salafi, Pakistan, pada 1996. Ujian persamaan Program S2 di American University Kairo diraihnya pada 2001-2003.

Saifullah tercatat sebagai lokal Staf KBRI Kairo, Mesir, sejak 1 November 1991. Dia menikah pada 6 Juni 1986 dengan Rosmegawati, dan sudah dikaruniai enam anak. Ada yang sudah kuliah di UIN Jakarta dan di Universitas Kairo.

Gambut ternyata tidak hanya menyuguhkan nasi itik dan sate, tetapi juga mempersembahkan ulama yang penulis dan dai. Umat menanti anda. *
Lihat Komentar (0)

sumber:http://www.banjarmasinpost.co.id/content/view/33846/321/

Kubisikkan Pesan Cinta Untukmu

DR. Hasan Syamsi Basya
Penerbit : Mirqat Publisher

Ukuran : 14 x 20.5 cm
Tebal : 378 xxxvi halaman
Cet : Ke-2 2006

Penerjemah : Nur Alamsyah, Lc




Sekilas isi buku:

Ratusan, ribuan bahkan jutaan anak-anak muda kita “tergeletak” di jalan. Jiwa mereka tergeletak di sana tanpa pernah tahu ke mana kehidupan ini seharusnya mengalir. Mata hati mereka kabur tak mengenal cahaya. Mereka meraba-raba. Meski wajah mereka penuh canda, tapi hati mereka menangis.
Cukupkah segala fasilitas kebendaan untuk menepis kegamangan mereka? Cukupkah segala kemodernan yang berlimpah itu sebagai penuntun mereka menemukan arti hidup yang sesungguhnya?
Buku ini mencoba memberikan jawabnya dengan penuh cinta. Buku ini adalah panduan untuk “sang musafir” bernama pemuda dan pemudi itu, agar masa-masa kritis penuh gejolak mereka dapat terlewatkan dengan akhir bahagia.

sumber:
http://www.setiakawanbook.com/main/katalog/index.php?katalog=1&detail=20080515215750#

Sabtu, Juni 21, 2008

Karakter Muslim Sejati

OLeh : Muhtadi Kadi

Di saat mentari pagi menampakkan senyumnya di ujung timur, Umar bin Khathab masuk ke masjid. Dilihatnya ada seseorang sedang khusuk berdoa, menengadahkan kedua tangannya ke langit dengan suara agak keras dan diulang-ulang, ''Ya Allah, berilah hambamu ini rezeki yang melimpah.''

Umar mendekatinya seraya berkata dengan nada yang memendam kemarahan, ''Sungguh, engkau tahu bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas ataupun perak!'' Kemudian, Umar menyuruh orang ini keluar dari masjid untuk bekerja di ladang atau di pasar.

Indah nian kisah di atas. Sesungguhnya, Umar tidak melarang orang tersebut untuk berdoa kepada Allah. Umar tahu bahwa wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk berdoa kepada Allah. Doa adalah ''senjata orang mukmin''. Dan, dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa Allah SWT akan murka kepada orang Muslim jika mereka enggan untuk meminta kepada-Nya. Lantas, mengapa Umar marah kepada orang yang berdoa kepada Allah dan menyuruhnya keluar dari masjid?

Pertama, Umar ingin menunjukkan bahwa rezeki dari Allah harus dicari dengan baik. Ia akan datang bersamaan dengan cucuran keringat dan kesungguhan. Dan, banyak sedikitnya rezeki yang didapatkan sesuai dengan usaha yang dilakukan. Kedua, Allah menciptakan waktu siang agar manusia mencari sebanyak-banyaknya karunia-Nya di bumi ini. Bukan untuk bermalas-malasan dengan dibungkus baju ketakwaan.

Ketiga, Umar ingin mengaplikasikan makna yang terkandung dalam firman Allah SWT yang berbunyi, ''Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.'' (QS Alfatihah [1]: 5). Kewajiban harus didahulukan daripada hak. Kita harus terlebih dahulu melakukan kewajiban kita kepada Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Baru kemudian meminta hak kita, yaitu mendapatkan pertolongan-Nya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam mengais rezeki, baru kemudian meminta kepada Allah agar dimudahkan rezeki kita.

Sejatinya, Umar ingin menuntun kita semua untuk menjadi Muslim sejati. Yang berkepribadian pantang menyerah, suka bekerja keras, malu untuk meminta-minta, dan lebih suka untuk memberi. Bukankah tangan di atas lebih mulia daripada di bawah.


Tulisan ini pernah dimuat di koran Republika 20 Juni 2008

http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=338263&kat_id=14

Selasa, April 15, 2008

Pusara Tanpa Nama


Oleh; Musthofa Sukawi

Di suatu siang yang terik, aku bermaksud berziarah ke makam seorang ulama besar yang sangat digandurungi masyarakat Indonesia, Imam Syafi'i. Ini adalah ziarah pertamaku di makam sang imam, setelah beberapa bulan kemarin aku tiba di negeri seribu pusara. Dari halte bus, aku melangkahkan kaki menelusuri lorong kecil yang diapit bangunan-bangunan kumuh. Aku melangkah sendirian tanpa seroang teman.

Tapi sayang, setelah jauh aku berjalan, aku menemui jalan buntu. Seketika aku sadar bahwa aku telah tersesat jalan. Karena menurut informasi teman-temanku yang sudah pernah berziarah, makam Imam Syafi'i hampir selalu dipadati peziarah dan berada di komplek sebuah masjid. Sementara sekarang aku berada di area pemakaman yang sangat kotor. Aku berada di tengah pusara-pusara tua yang tampak kusam karena sudah lama tidak terawat.

Aku merasa kecapekan setelah berjalan jauh. Sesaat aku duduk beristirahat di samping sebuah pusara tua. Aku pandangi pusara yang kusam itu. Tak ada nama yang tertoreh pada batu nisannya. Mataku masih memandanginya seolah ingin menembus dinding tebal yang menghalangi pandanganku. Ingin sekali aku mengetahui keadaan dalam liang kubur nan jauh di sana.

Bagaimana kondisi sang penghuni kuburan ini? Apakah dia berada dalam gelimang rahmat, atau siksaan yang malah dia dapat? Sejenak terlintas di benakku sebuah kisah Rasulullah yang melintasi suatu pekuburan. Rasul mendengar suara jeritan penghuni kubur karena mendapat siksaan. Lalu Rasul bersabda, "Dua orang itu disiksa bukan karena dosa besar.

Salah seorang disiksa karena permasalahan buang air kecil, dan seorang lagi disiksa karena senang menggunjing." Segera Rasul mengambil sebatang dahan basah dan membelahnya menjadi dua. Rasul meletakkan belahan dahan itu pada dua pusara di hadapannya. "Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan ini?" tanya seorang sahabat Nabi. Rasul menjawab, "Semoga ini bisa meringankan siksanya, hingga dahan basah ini menjadi kering."

Aku masih membayangkan kondisi penghuni kuburan itu. Namun, tiba-tiba hatiku terasa bergetar saat lamunanku menyapa diriku sendiri. Bagaimana aku nanti saat berada di alam kubur? Kembali aku teringat pada sabda Nabi. Dua orang disiksa dalam kubur hanya karena persoalan kencing dan gunjingan; dua hal yang dianggap persoalan biasa di kalangan masyarakat pada zaman sekarang. "Astaghfirullah!" gumamku spontan.

Bagaimana dengan dosa yang lebih besar dari itu? Bagai air bah yang datang dari tempat yang tinggi, lamunanku menerjang jauh ke masa-masa silam yang pernah aku lalui. Tubuhku turut bergetar seolah tak kuat menahan getaran dalam hatiku. "Astaghfirullah!" kembali bibirku tak kuasa membendung ucapan itu. Aku mematung, diam membisu sambil menundukkan wajahku dalam-dalam. Tak terasa butir-butir air mata netetes di atas pasir. "Ya Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan siksa neraka."

Setengah jam lebih aku merundukkan wajah dengan sesekali air mata yang tak tertahan. Setiap kali aku mengingat dosa-dosa di masa silam, terbayang pula siksaan yang nantinya sebagai balasan. Di saat itulah, air mataku mengalir deras meski tanpa suara isakan. Aku masih terhanyut dalam perasaan hatiku. Hingga suara adzan Ashar terdengar berkumandang menyadarkan lamunanku.

Aku usap air mataku dengan selembar tisu. Sebelum beranjak, aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sesuatu. Tepat ke arah sebuah pohon yang rindang itu aku melangkah. Seolah ingin mengikuti jejak Nabi, aku mengambil dahan basah kemudian menaruhnya di atas pusara seraya menghadiahkan bacaan surat al-Fatihah. Aku tidak tahu, apakah penghuni kubur itu mendapat siksaan atau tidak. Tapi aku berharap, semoga seutas dahan basah itu bisa memberi manfaat kepadanya.

Usai itu, aku bermaksud berjalan dengan maksud mencari sumber suara adzan yang masih berkumandang. Aku telusuri jalan setapak di sela bangunan perumahan penduduk. Dan akhirnya, aku menemukan masjid tempat adzan itu dikumandangkan. Subhanallah, ternyata masjid Imam Syafi'i! Dengan wajah berseri, aku melangkah memasuki masjid. Aku tidak langsung menuju ke ruangan tempat sang imam disemayamkan. Setelah aku menunaikan shalat Ashar berjamaah, baru aku beranjak menuju pusara Imam Syafi'i.

Di depan pintu masuk, aku ucapkan salam kepada sang imam. Aku berusaha mendekat ke arah pusara yang berterali itu. Tapi kerumunan penziarah terlalu padat sehingga aku tidak bisa mendekat. Bahkan aku terseret arus hingga terpojok di sudut ruangan. Aku hadiahkan lantunan ayat-ayat Fatihah kepada sang imam yang selama ini menjadi madzhabku.

Namun, betapa aku terperanjat dan termangu ketika melihat pemandangan di hadapanku. Apa yang sedang mereka lakukan itu? Aku merasa aneh melihat prilaku mereka. Di antara penziarah itu ada yang menciumi terali pusara, ada yang bergelayutan ingin menyentuh pagar pusara, dan ada juga yang berdoa khusyuk hingga menangis di tepi pusara. Yang menambah perasaan heranku lagi, ada juga penziarah yang berfoto-foto di samping makam sang imam! Tiba-tiba perasaan di hatiku menjadi tidak menentu. Aku tidak mengerti, dan aku tidak paham akan pemandangan di hadapanku ini. Bahkan, sebuah keingintahuan yang tiba-tiba muncul dalam hatiku, "Bagaimana sikap Imam Syafi'i ketika melihat semua ini?"

Dengan perasaan hampar aku menerobos keluar ruangan. Aku akui, kesan ziarah pertamaku ke makam Imam Syafi'i terasa kurang menyentuh. Aku lebih merasa berkesan saat berada di pusara tanpa nama itu. Sungguh aku merasa ngeri melihat pemandangan yang baru saja aku lihat. Bagaimana mereka menafsiri sabda Rasul yang dulu pernah melarang berziarah kubur? "Dulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Tapi sekarang, berziarahlah!" Selama dalam pejalanan pulang, aku masih bertanya-tanya dalam hati, adakah faedah lain dari ziarah kubur selain mengingat pada kematian dan mendoakan si mayit? [M]


Senin, Maret 24, 2008

La Tahzan For Love!



Judul : La Tahzan For Love
Penulis: Najla Mahfuzh
Penerbit: Daral-Mishriyah al-Lubnaniyah, Kairo
Penerjemah: Kusrin Karyadi, Lc (Tanwir)
Penerbit Indonesia: Akar Media
Editor: MIRQAT Words cente

Seorang cewek sering kebingungan ketika dengan akal dan hatinya—dia berusaha mencari jalan yang mampu mengantarkannya pada pernikahan yang bahagia yang dilandasi cinta. Bahkan dia terkadang terjebak dalam petualangan cinta demi mewujudkan mimpi yang amat berharga ini. Kemudian, setelah semuanya terlambat, dia baru sadar bahwa selama ini dia hanya mengejar fatamorgana. Dia juga hanya mendapatkan rasa sakit dan penderiaan, bukan kebahagiaan dan indahnya pernikahaan.

Buku ini mempersembahkan kepada para cewek, apa yg mereka cari-cari selama ini. Hal itu akan mereka dapatkan dari pengalaman-pengalaman dan problematika yang dialami para cewek yang disampaikan kepada sang penulis, serta solusi yang praktis dan realistis untuk menghadapinya. Yang akan melindungi para cewek dari penipuan atas namacinta, serta menyia-yiakan perasaan dengan orang yang tidak berhak mendapatkannya.
Buku ini layak kok buat kita baca, bisa dijadiin sebagai inspirasi. Salah satu bagian yang aku suka yaitu pada bab yg judulnya “Aku tidak bisa mengerti kaum lelaki” pada halaman 222. Baca jug ayah…!

Sumber: www.greenmonk.wordpress.com

La Tahzan For Girl


Judul : La Tahzan For Girls

(Agar kamu para cewek tidak takut hadapi masa depan)

Penulis : Najla Mahfush

Penerbit : ad-Daral-mishriyah al-lubnaniyah,cairo

Penerjemah : Musthofa Sukawi, Lc.

Editor : MIRQAT Words center

Hmm, coba sebutkan apa sih yang paling ditakuti para cewek? MASA DEPAN.sudah pasti itu jawabannya! Meskipun kamu menjalani hidup ini dengan berusaha tetap ceria,menikmati canda ria dengan sohib-sohibmu, tapi harus kamu akui kalo ada kegelisahan yang menggelayut dibalik semua keceriaan itu.Dan sederetan pertanyaan semacamnya,bukankah sering terlintas dalam pikiranmu?ato km tulis di buku diarymu,iya khan?ngaku aja…coz aku juga gituh kok..hehe

By the way,melalui buku ini Najla Mahfuzh kembali hadir menguntai berbagai kisah penuh inspirasi buat kamu para cewek. Kisah-kisah itu dihadirkan supaya kamu dapat bercermin,bahwa masa depan memang perlu km pikir secara serius, tapi jangan sampe bikin kamu tertekan. Selama kamu berpegang pada Allah, masa depanmu insyaAllah cerah. Amin. Aku udah baca kok..dan isinya lumayanlah bikin adem…..coba aja deh…!

Sumber: www.greenmonk.wordpress.com

Hidup Selalu Optimis


Judul buku: Optimislah, Anda Memiliki Semuanya
Penulis: Dr Khalid Umar Abdurrahman ad-Disuqi
Penerjemah: Ali Ghufron Lc, dan Kusrin Karyadi (at-Tanwir)
Penerbit: Maghfirah Pustaka
Cetakan: I, 2005

Secara garis besar, manusia dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, sosok yang optimis. Kedua, figur yang pesimis. Sosok yang optimis menatap kehidupan dengan mata berbinar, dan ingin melihat matahari esok pagi segera bersinar. Ia berusaha menghabiskan usianya untuk menghasilkan kreasi yang berarti, sehingga namanya dikenang abadi dan tak pernah mati. Ia pun terus mengobarkan semangat dan menjunjung asa, sehingga semua tantangan yang menghalanginya hancur binasa.

Sebaliknya, seorang pesimis tidak hanya memandang hidup dengan mata teduh, seakan besok bumi akan runtuh, tapi juga menghiasi hari-harinya dengan beragam keluh kesah luapan rasa gelisah. Baginya, ujian dan cobaan kehidupan ibarat monster ganas yang siap melumatnya dengan buas.

Padahal Allah SWT, Sang Khaliq telah memberikan bekal amunisi (misalnya organ tubuh) yang sama kepada kedua kelompok manusia itu untuk menghadapi medan juang bernama kehidupan. Lalu mengapa keduanya berbeda?

Inilah yang menggelitik Dr Khalid Umar Abdurrahman Ad-Disuqy untuk menciptakan formula yang bisa menyadarkan umat Islam, khususnya, maupun umat manusia pada umumnya, bahwa dirinya lahir ke dunia sebagai makhluk yang sempurna dan dibekali dengan beragam potensi. Singkatnya, penulis meyakinkan bahwa Allah tidak membiarkan manusia ''bertempur'' di medan perang kehidupan duniawi tanpa ''senjata'' yang memadai.

Optimislah, Anda memiliki semuanya, dan Anda akan berhasil! Itulah inti buku ini, yang diuraikan dalam 13 bab. Yakni, pastikan tujuan Anda, bangkitlah dari mimpi buruk, berbahagialah dengan keluasan rahmat Allah, ubahlah sengsara menjadi nikmat, lalukan apa yang Anda bisa saja, dan syukuri karunia Tuhan. Selain itu, tersenyumlah, waktu adalah kunci sukses, semakin merendah justu semakin mulia, jangan menganggap serius perbuatan remeh, singkirkan rasa bosan dan berkreasilah, dan hiasilah diri Anda dengan keindahan. Penulis menutup bukunya dengan bab ''berdoalah dengan khyusuk''.

Sumber: www.republika.co.id

Bekal Meraiah Surga


Judul buku: Semilir Angin Surga
Penulis: Dr Khalid Abu Syadi
Penerjemah: Mushtofa Sukawi, Lc (at-Tanwir)
Penerbit: Senayan Abadi Publishing
Cetakan: I, April 2006

Adakah kehidupan yang lebih indah dari surga yang dijanjikan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang bertakwa? Suatu kenikmatan yang tak pernah terpikirkan oleh otak manusia, tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak pernah dusentuh oleh kulit manusia. Betapa cocoknya doa berikut ini, ‘’Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tiada kunjung habis, bidadari yang tak pernah bosan, dan kenikmatan dapat melihat Zat-Mu yang Agung.’’

Buku ini merupakan bekal untuk meraih surga. Penulis menjelaskan seluk-beluk surga dan bagaimana cara meraihnya. Salah satu hal terpenting untuk menggapai surga adalah meninggalkan segala perbuatan maksiat dan dosa. Surga perlu digapai dengan rasa cinta, rasa rindu serta rasa penuh kesungguhan menjalani tuntunan-Nya. Akan tetapi, semua rasa itu tak mudah dihidupkan bila hati ini penuh noda dan dosa.

Menurut penulis, dosa adalah luka dan derita. Seperti ditulisnya di awal buku ini, ‘’Bagaimana Anda tidak membenci sebuah dosa, sedangkan dosa adalah sebab Anda menjadi terhina di hadapan Allah Yang Mahakuasa, karena dosa Anda dibenci setiap manusia, Dosa telah menghalangi Anda dari hidayah-Nya, juga telah menghalangi Anda berbuat baik terhadap sesama.’’ (hlm 1)

Tepat sekali sabda Rasulullah SAW,
Sebagaimana tidak mungkin memetik anggur dari dedurian, maka orang-orang yang bermaksiat tidak akn bisa menempati tempat orang-orang yang saleh. Berbuatlah dengan berbagai macam cara sesuai dengan kehendak hati kalian! Tetapi pada setiap jalan yang kalian ambil, kalian akan diberlakukan sebagaimana orang-orang yang pernah meniti jalan itu.’’ (hlm 5)

Penulis membagi bukunya jadi sepuluh bab. Dari dosa sebagai luka dan derita, kenikmatan tanpa disyukuri, surga yang dijanjikan Tuhan, kerinduan kepada Rasulullah SAW, kematian hingga beramal kebajikan. Buku berharga ini perlu dibaca oleh setiap Muslim. Uraiannya yang lugas dan padat, insya Allah dapat menjadi bekal bagi para pembacanya untuk meraih surga Allah SWT.

Sumber: www.republika.co.id

Teladan dari Isteri Nabi

Judul buku: Istri-istri Para Nabi
Penulis: Dr Mushthafa Murad
Penerjemah: Muhtadi Kadi & Nurhadi (at-Tanwir)
Penerbit: Senayan Abadi
Cetakan: I, Februari 2006

Tiada yang lebih berharga bagi seorang laki-laki kecuali mempunyai istri yang salehah. Istri yang demikian, akan menjadi mitra sejatinya dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah (keluarga yang penuh dengan ketenangan, cinta dan kasih sayang).

Untuk menjadi istri dambaan, setiap Muslimah sudah sepatutnya mengambil teladan dari istri para Nabi Allah. Terhadap istri-istri yang shalehah, wanita Muslimah dapat mengambil contoh kebaikannya. Sedangkan terhadap istri-istri yang durhaka, wanita Muslimah dapat mengambil i'tibar untuk menjauhkannya.

Buku yang ditulis oleh Mushthafa Murad, Guru Besar Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini mengisahkan istri-istri nabi, sejak zaman Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya termasuk Hawa (istri Nabi Adam), Walighah (istri Nabi Nuh), Sarah dan Siti Hajar (istri Nabi Ibrahim), istri-istri Nabi Ismail, Walighah (istri Nabi Luth), istri-istri Nabi Daud, hingga istri-istri Rasulullah SAW, seperti Siti Khadijah, Siti Aisyah, Siti Saudah, Safiah binti Huyyi, Zainah binti Jahsy, sampai Ummu Habibah dan Mariah al-Qitbiyah. Di dalamnya diuraikan bagaimanakah seharusnya sikap seorang istri terhadap suaminya, mertuanya, maupun masyarakat.

Satu contoh yang dikemukakan, adalah ketika suatu hari Nabi Ibrahim AS berkunjung ke rumah Ismail AS. Saat itu Ismail sedang berusaha di luar kota. Sang istri itu berkeluh kesah dan menjelekkan suaminya. Maka Nabi Ibrahim pun titip pesan buat Ismail agar mengganti palang pintu rumahnya. Ketika Ismail kembali dari berdagang, ia mendengarkan wasiat tersebut. Ia pun kemudian menceraikan istrinya, karena oleh orangtuanya dinilai akhlaknya kurang baik.

Penulis berharap kisah-kisah yang disampaikan dalam buku ini dapat mendidik para wanita, istri dan anak-anak wanita Muslimah agar dapat berakhlak dengan akhlak para istri Nabi yang salehah.

Sumber: www.republika.co.id

Nabi-Nabi Allah

Judul asli : Anbiya`ullah
Penulis : Ahmad Bahjat
Penerjemah : Muhtadi kadi dan Musthafa Sukawi, Lc (Tanwir)
Editor : Sujilah Ayu
Penerbit: Qisthi Press
ISBN : 978-979-1303-10-1
ukuran : 16 x 24 cm
Jenis : Hard Cover Besar
Tebal : 4,6 cm
Halaman : xx + 696
Cetakan : Pertama (Agustus, 2007)
Kategori : Biografi
Harga : Rp. 105.000

Sinopsis :
“Setiap kali kugoreskan penaku untuk menulis buku ini, aku merasakan keteguhan dan kekhidmatan sebagaimana yang aku rasakan saat bersujud dalam shalat malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Haram, Mekah.”

Pengakuan penulis di atas menunjukkan betapa karya ini ditulis dengan khidmat, khusyuk, dan penuh penghayatan. Karenanya, tak mengherankan bila buku yang diterbitkan kali pertama pada April 1973 ini meledak di pasar dan habis dalam hitungan hari. Sampai tahun 2006, edisi bahasa Arab buku ini sudah sampai pada Cetakan ke-32.

Banyak komentar menyebut buku ini sebagai risalah sejarah terlengkap tentang nabi-nabi Allah, Karena, buku ini tidak hanya memuat kisah kehidupan 25 nabi yang selama ini telah kita kenal, tetapi juga riwayat hidup nabi-nabi lain yang jarang terdengar, seperti nabi-nabi dari Bani Israil dan nabi-nabi dari kaum Yasin.

Dengan gaya tutur sastrawipenulisnya, nilai keilmiahan buku ini semakin mudah dicerna dan dipahami. Bahkan, unsur tersebut bersatu pada menjadikannya sebagai sebuah karya referensial yang sejuk dibaca hingga berkali-kali.[]

Sumber: www.sahabatmuslim.com

Wanita dan Rasa Kue*



Oleh: Muhtadi Kadi

Ibnu Abbas bukan cuma seorang yang pandai dan cerdik, tetapi juga tampan. Banyak gadis tergila-gila padanya. Namun, dia hanya ingin beristri wanita salihah. Allah mengabulkan keinginannya.

Pada suatu hari, istrinya diajak bersilaturahmi ke semua kerabat dan handai taulan. Tetapi, orang-orang, terutama kaum lelaki, selalu lebih melirik pada sang istri ketimbang Ibnu Abbas. Ibnu Abbas merasakan lirikan itu penuh nafsu dan gairah. Hal ini membuatnya galau.

Akhirnya, Ibnu Abbas mengundang para rekan dan kerabatnya berkunjung kerumahnya. Dia menyediakan mereka hidangan kue berbentuk sama, tetapi beraneka warna, mulai dari putih, coklat, kuning, dan hitam. Ibnu Abbas mempersilakan para tamunya mencicipi hidangan itu. ''Wah, kue yang coklat ini lezat,'' bisik seorang tamunya.

''Tetapi, kue yang putih ini juga nikmat,'' bisik tamu lainnya. Tamu yang telah mencicipi kue coklat itu tidak percaya, lalu mencoba kue-kue yang disarankan rekan-rekannya. ''Nah, rasanya sama 'kan dengan kue yang berwarna coklat tadi?'' tanya seorang rekannya.

Perbincangan para tamu berkutat pada kue yang beraneka warna, namun satu rasa, manis semua. Akhirnya, Ibnu Abbas berbicara, ''Saudara-saudaraku semua, saya sengaja memberi warna kue ini dengan warna putih, coklat, kuning, hitam, namun rasanya sama, manis semua. Begitu juga dengan istri-istri saudara. Meraka yang berkulit putih, coklat, kuning, dan hitam, walaupun berbeda warna, rasanya bisa saya pastikan sama semua.''

Rasulullah saw menganjurkan kepada mereka yang sudah beristri, jika melihat wanita lain lalu bernafsu, hendaknya segera pulang dan menunaikan kewajibannya sebagai suami terhadap istri. Apa yang dimiliki wanita lain juga ada pada istri kita.

Sementara itu, terhadap mereka yang belum menikah, dalam hadisnya Rasulullah berkata, ''Wahai para pemuda, siapa pun di antara Anda yang sudah mampu [memberi nafkah lahir batin] segeralah menikah. Sementara bagi yang belum mampu, lebih baik baginya berpuasa karena puasa dapat membendung hawa nafsu.''

Dalam hadis yang diriwayatkan Ahmad bin Hambal, nabi bersabda, ''Pandangan [bernafsu] adalah anak panah yang beracun dari busur Iblis. Barang siapa yang menahan pandangannya dari kemolekan wanita, Allah akan memberikan kenikmatan dalam hatinya sampai hari perjumpaannya dengan Allah.'' []

*Dimuat di www.iq-sukses.net (senin, 6 Mei 2006), www.as-salam.com (1 Mei 2006).

Minggu, Maret 02, 2008

Pengantar Pelatihan Terjemah

Pendahuluan
Penerjemah adalah mediator atau komunikator antara pengarang dan pembaca. Oleh karena itu, penerjemah dituntut memahami karakteristik bahasa kedua belah pihak. Lebih jauh lagi, seorang penerjemah merupakan seorang penafsir dari bahasa pengarang teks asal, karena yang diterjemahkannya adalah maknanya, bukan bahasanya saja. Sehingga bisa dikatakan, menerjemah adalah sebuah kegiatan yang cukup kompleks.
Dalam menerjemah, secara tidak langsung seseorang sedang menyampaikan hasil pemahamannya dari sebuah teks. Menyampaikan apa yang difahami, tentu berbeda dengan sekadar memahami. Karena tidak semua orang yang faham mampu menyampaikannya kembali dengan baik, terlebih lagi dalam bahasa tulisan. Tulisan ringan yang dirangkum dari berbagai sumber ini, akan sedikit mengupas tentang prinsip, langkah dan contoh-contoh menerjemah terutama dari teks yang berbahasa Arab.

A. Prinsip Menerjemah
Dalam menerjemah, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Tidak mengubah maksud pengarang teks asal.
Hampir semua penerjemah memaklumi prinsip ini. Oleh karena itu, seorang penerjemah harus menanamkan sifat amanah dalam menerjemah, karena seorang penerjemah tidak lain hanyalah “juru bicara” bagi pengarang teks asal yang menyampaikan kembali maksud dari tulisannya. Namun tidak jarang, karena kesalahfahaman terhadap maksud pengarang teks asal, seorang penerjemah terjebak dalam kesalahan yang fatal. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian dan kesungguhan dalam menerjemah.
2. Menghasilkan terjemahan yang mudah difahami pembaca.
Menerjemah adalah sebagian dari bentuk berkomunikasi. Oleh karena itu, sebuah terjemahan seharusnya mudah difahami supaya tujuan komunikasi antara pembaca dengan pengarang asli dapat dicapai.
3. Menghormati tatabahasa penerima.
Dalam proses menerjemah, tatabahasa dari bahasa penerima harus dihormati dan tidak seharusnya memaksakan tatabahasa asing ke dalam teks terjemahan. Disamping itu, penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented), bukannya berorientasi kepada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
4. Menerjemahkan makna bahasa bukan menerjemah bentuk bahasa.
Dalam proses menerjemah, hendaknya terfokus kepada makna teks asal. Dan tidak seharusnya penerjemah berusaha setia kepada bentuk bahasa teks asal, karena akan menghasilkan terjemahan yang sukar difahami.
Berpandukan kepada prinsip-prinsip ini, seorang penerjemah diharapkan dapat menghasilkan satu karya terjemahan yang tidak “bau” terjemahan; yaitu yang bisa difahami dan enak dibaca.

B. Langkah-langkah dalam Menerjemah
Ada beberapa langkah yang hendaknya dilakukakn oleh seorang penerjemah. Diantara langkah-langkah tersebut adalah:
1. Menguasai Topik Naskah yang akan Diterjemahkan
Sebelum melakukan langkah-langkah lain, langkah pertama ini perlu dilakukan, agar seorang penerjemah siap menghadapi naskah yang akan diterjemahkan. Dalam langkah pertama ini, tidak jarang seorang penerjemah perlu membaca buku-buku referensi serupa dengan naskah yang akan diterjemahkan. Karena tidak jarang topik naskah yang akan diterjemahkan belum dikuasai oleh penerjemah. Misalnya ketika akan menerjemahkan buku Dr. Zaghlul an-Najjar tentang tafsir ilmi. Tentunya seorang penerjemah akan kewalahan jika tidak terlebih dahulu membaca buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu eksakt.
Dalam langkah pertama ini juga, seorang penerjemah hendaknya dapat membedakan karakteristik naskah yang akan diterjemahkan; apakah itu naskah bersifat ilmiah, cerita dan sebagainya.
2. Mengetahui Makna Setiap Kata
Langkah ini mutlak diperlukan, karena bagaimana seorang penerjemah dapat menerjemahkan isi naskah jika tidak mengetahui makna setiap kosa katanya? Maka bagi siapapun yang ingin memasuki dunia terjemah, hendaknya selalu memperkaya perbendaharaan kata dari bahasa obyek yang akan diterjemahkan.
3. Memahami Tata Bahasa Teks Asal
Langkah ini sangat penting terutama dalam teks berbahasa Arab. Oleh karena itu, seorang penerjemah paling tidak memahami ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab, walaupun tidak terlalu mendalam.
4. Memahami Susunan Setiap Kata dalam Kalimat
Setiap kata mempunyai fungsi tersendiri dalam sebuah kalimat. Ada subyek, predikat, obyek, dan keterangan. Mungkin dalam hal ini, bahasa Arab memiliki kerumitan yang cukup tinggi dibanding bahasa-bahasa lain, apalagi ketika menerjemahkan syair. Oleh karena itu, seorang penerjemah hendaknya sering menelaah teks-teks berbahasa Arab dan membaca penjelasan-penjelasannya ( syarh ) jika ada.
5. Memahami Isi Teks
Sebelum mengungkapkan kembali ke dalam tulisan bahasa sasaran, sebaiknya penerjemah memahami isi naskah dalam setiap temanya. Karena hal ini akan mempermudah dalam menyusun dan memilih setiap padanan kata, karena tidak semua kata diterjemahkan sesuai dengan arti sebenarnya.
6. Mengungkapkan Kembali dalam Tulisan dalam Bahasa Sasaran
Ini merupakan langkah terakhir dalam menerjemah. Dalam langkah ini, penerjemah dituntut kreatif dalam memilih padanan kata dan menguasai tata bahasa dari bahasa sasaran. Dan disini, seorang penerjemah berposisi sebagai penafsir bagi naskah yang diterjemahkan.
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah hendaknya bijak dan kreatif dalam menerjemahkan teks bahasa asing. Hal itu—diantaranya—dapat dilakukan dengan mempertimbangkan: apakah pembaca nantinya bisa memahami terjemahan saya; seberapa nikmat pembaca akan menelusuri baris demi baris terjemahan saya; serta sejauh mana kesediaan pembaca untuk memberikan toleransi terhadap suguhan saya?! Dari sini, seorang penerjemah hendaknya berorientasi kepada pembaca (reader-oriented) dan bukannya berorientasi pada pemahaman dan keinginan diri sendiri (self-oriented).
Hanya saja, yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa seorang penerjemah tidak boleh "mengacak-acak" isi teks atau pesan yang hendak disampaikan oleh penulis asli. Penggunaan metode yang fariatif tidak harus, bahkan tidak perlu, mengurangi kualitas dan kuantitas dari teks asli. Dengan kata lain, penggunaan berbagai metode untuk menguraikan kembali isi teks sumber ke dalam teks dengan bahasa sasaran dapat dilakukan tanpa sedikit pun menodai keutuhan pesan teks sumber asli. Syaratnya, isi kepala penerjemah harus dipenuhi banyak pilihan untuk tidak menerjemahkan sesuatu dengan hal lain yang tidak sepenuhnya tepat.

C. Menerjemahkan Ungkapan
Yang saya maksud ungkapan di sini adalah susunan kata yang terdiri lebih dari satu kata. Dalam menerjemah, penerjemah harus menafsirkan makna pada tingkat ungkapan. Dalam bahasa Arab, banyak sekali bentuk ungkapan yang tidak bisa difahami jika diterjemahkan perkata yang membentuknya. Ditambah lagi, dalam bahasa Arab seringkali digunakan kata kiasan untuk mengungkapkan suatu hal.
Contoh ungkapan yang terdiri dari satu kata dan huruf jar, yang mempunyai arti lain ketika huruf jarnya berbeda,
- رغب في yang berarti suka. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah عن .
- دعى له yang artinya mendoakannya dengan hal yang baik. Artinya akan berlawanan ketika huruf jarnya adalah على dan menjadiدعى عليه .
Masih banyak contoh ungkapan dalam bentuk ini dalam bahasa Arab. Untuk mengatasi hal ini, paling tidak penerjemah perlu membuka kamus standar, seperti al-Mu’jam al-Wasîth.
Contoh ungkapan yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk makna lain:
- طويل الباع yang artinya adalah ahli atau mumpuni dalam bidang tertentu.
Misalnya dalam kalimat,
فلان طويل الباع في علم النحو
Tentunya tidak tepat dan sulit difahami jika diterjemahkan, “Karena si Fulan panjang depanya dalam ilmu nahwu”. Akan tetapi lebih tepat dan dapat difahami jika diterjemahkan menjadi, “Karena si Fulan ahli dalam ilmu nahwu”.
- Contoh lainnya adalah,
تضرب إليه أكباد الإبل
Yang maksudnya adalah: menjadi tujuan orang-orang dari berbagai penjuru.
Misalnya dalam kalimat,
فأصبح الشافعي عالما تضرب إليه أكباد الإبل
Tentunya tidak tepat dan tidak bisa difahami jika diterjemahkan menjadi,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang dipukul kepadanya hati-hati onta”.
Akan tetapi terjemahan yang benar adalah,
“Maka Imam Syafi’i menjadi seorang ulama yang menjadi tujuan para penuntut ilmu”.
Untuk mengatasi hal ini, disamping seorang penerjemah perlu banyak membaca buku-buku berbahasa Arab agar memiliki rasa bahasanya. Disamping itu, perlu juga memiliki buku-buku yang menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam bahasa Arab, seperti buku Mu’jam al-Mushthalahât wa al-Tarâkîb wa al-Amtsâl al-Mutadâwilah karya Dr. Muhammad bin Hasan bin Aqil Musa al-Syarîf.

D. Menerjemahkan Istilah
Dalam bahasa Arab banyak sekali istilah yang mempunyai definisi tersendiri dan tidak bisa diterjemahkan ke dalam makna asli. Untuk hal ini, seorang penerjemah dituntut mempunyai wawasan cukup luas dengan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan istilah-istilah tersebut.
Misalnya kata adil yang arti aslinya adalah adil. Akan tetapi ketika berkaitan dengan saksi atau perawi, kata adil ini merupakan sebuah istilah yang mempunyai arti tersendiri. Yaitu orang yang tidak melakukan hal-hal negatif yang bertentangan dengan ajaran agama. Dalam ilmu ushul fiqh misalnya ada istilah nash dan zhâhir, dalam ilmu tashawuf misalnya ada istilah maqâm dan hâl, dan masih banyak lagi istilah-istilah yang lain yang harus diterjemahkan ke dalam definisi istilah itu sendiri, bukan ke dalam arti katanya.

E. Beberapa Contoh Bentuk Terjemahan
Dalam menerjemah, seorang penerjemah dituntut kreatif memilih padanan kata yang tepat dan sesuai dengan konteksnya. Karena, sekali lagi, tidak setiap padanan kata sesuai dengan makna aslinya.
- Misalnya kata قال yang arti aslinya berkata. Akan tetapi ketika melihat konteksnya, bisa diterjemahkan menjadi menjawab, menyahut, berkomentar, menimpali, menukas dan sebagainya.
- Huruf waw (و ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dan, akan tetapi dapat juga disepadankan dengan kata lain, seperti bersama, sedangkan dan lain-lain. Contoh yang disepadankan dengan kata sedangkan adalah dalam kalimat,
أنى يكون له النجاح وهو لا يذاكر
Lebih tepat jika diterjemahkan, “Bagaimana dia bisa lulus sedangkan dia tidak belajar”.
- Huruf min ( من ) tidak senantiasa diterjemahkan menjadi dari, akan tetapi dapat disepadankan dengan kata diantara, sebagian, karena dan sebagainya. Contoh yang disepadankan menjadi kata karena adalah dalam kalimat,
بكى من موت ابنه
“Dia menangis karena kematian anaknya”.
Untuk lebih lengkapnya mengenai makna-makna huruf ini, dapat dilihat dalam kitab Mughni al-Labîb karya Ibnu Hisyâm.
- Susunan (مِن) ..... (ما) terkadang tidak perlu diterjemahkan, seperti dalam kalimat:
سنعد لهم ما يحتاجونه مِنَ الطعام
Kurang tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan apa-apa yang mereka butuhkan dari makanan”.
Akan tetapi lebih tepat jika diterjemahkan menjadi, “Kami akan menyiapkan makanan yang mereka butuhkan”.
- Susunan ( لا / ما ) ......( إلا ) atau yang disebut juga uslubul hashr terkadang kurang enak kalau diterjemahkan apa adanya.
Misalnya,
لا أرى أحدا في القاعة إلا أحمد
“Saya tidak melihat seorang pun di rungan itu kecuali Ahmad”.
Akan tetapi lebih luwes jika diterjemahkan menjadi, “Di ruangan itu saya hanya melihat Ahmad”.
- Pepatah, peribahasa atau kata-kata ungkapan lainnya terkadang kurang luwes jika diterjemahkan apa adanya dikarenakan perbedaan sosiokultural antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Misalnya dalam peribahasa Arab:

قد يقع عالم في زلة فإن لكل صارم نبوة ولكل جواد كبوة
Arti sesungguhnya adalah, “Terkadang seorang ulama melakukan kesalahan, karena setiap pedang yang tajam bisa saja tumpul dan setiap kuda yang berlari kencang pernah tergelincir. Akan tetapi akan lebih akrab dan luwes jika diterjemahkan dengan menggunakan peribahasa Indonesia asli, seperti karena tidak ada gading yang tak retak.

Penutup
Setelah paparan di atas, dapat penulis katakan bahwa menerjemah bukanlah pekerjaan yang mudah. Akan tetapi menerjemah membutuhkan kesungguhan dan kesabaran. Menerjemah tidak selamanya berjalan mulus, tetapi terdapat sejumlah kendala yang tidak jarang menghadang kelancaran menerjemah, seperti tidak adanya kata-kata bahasa sasaran yang sepadan dengan bahasa sumber dan sebagainya.
Terakhir, eksperiment is the best teacher, maka selamat mencoba dan jangan pernah berhenti untuk belajar.

Jumat, Februari 08, 2008

Merajut Karya Lewat Terjemah (Sebuah Pengantar)

Oleh: Muhtadi Kadi*

Pada dasarnya ilmu terjemah seperti ilmu renang. Dalam tataran teori, kita sudah memahami segala piranti yang dibutuhkan dalam berenang. Bahkan, kita paham bagaimana berenang dengan gaya kodok, gaya batu, gaya terlentang dan gaya-gaya yang lain. Namun, semuanya hanya sebatas teori saja kalau tidak dipraktekkan ke kolam renang langsung jebur kedalamnya.

Begitupun juga dengan terjemah. Sehebat apapun kita dalam ilmu alat (nahwu, shorof), dan sepintar apapun kita bisa memahami literatur buku, buku arab, namun jika kita tidak membiasakan diri dalam menerjemahkan, maka kita akan klimpungan bila kita diminta untuk menterjemahkannya dengan baik.

Banyak sekali manfa'at yang dapat kita petik dari terjemah. Selain kita bisa mentransfer ilmu ke Indonesia, kita juga mendapatkan upah dari jerih payah kita dalam memplototi kalimat demi kalimat.

Namun jangan dikira, apa yang kita terjemahkan serta merta diterima di salah satu penerbit Indonesia, kemudian dicetak, dan honornya dikirim ke rekening kita. Ibarat seorang petani yang ingin memanen padinya dengan baik, maka ia harus melalui beberapa fase. Pertama: Mencangkul ladang. Kedua: Menaburkan benih. Ketiga: Merawatnya dengan baik, dengan dikasih air dan dikasih pupuk. Keempat: Bila padinya sudah menguning harus dijaga dari hama wereng dan sebangsanya. Kelima: Siap dipanen dan memanen. Kurang lebih begitupun juga gambaran konotasi dengan beberapa fase dalam dunia terjemah.

Pertama: Mencangkul ladang. Ladang terjemah kita sangat luas dan banyak sekali. Dengan memejamkan mata saja, kita bisa mendapatkannya. Bagaimana tidak, disini kita bisa mendapatkan buku dengan sangat mudah, murah, dan tinggal menyesuaikan dengan menu selera kita. Yang perlu diperhatikan dalam fase ini adalah, kita memilih buku sesuai dengan kecendrungan kita, dan diperkirakan kita mampu untuk menggarapnya. Mentang-mentang ada buku terbaru langsung kita beli dan kita terjemahkan tanpa melihat aspek-aspek yang lain. Biasanya orang seperti ini akan putus di tengah jalan. Atau dengan kata lain "semangat seumur jagung". Piranti yang terpenting dalam fase ini adalah, kesungguhan niat, mau mencoba dan berusaha dengan sungguh-sungguh.

Kedua: Menaburkan benih. Setelah kita cocok dan mantep dengan buku-buku yang kita pilih, maka langkah selanjutnya adalah membuat sinopsis buku tersebut. Yang perlu kita perhatikan dalam fase ini, kita harus melihat kecondongan para konsumen buku di Indonesia. Atau tren yang lagi hot ditengah masyarakat. Misalnya, sebuah fenomena yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dan selalu di minati oleh semua orang. Yaitu tentang "Cinta dan Seks." Maka, kita bisa mesinopsis buku yang bertemakan "Seks dalam Persepektif Islam" Sehingga buku yang kita sinopsis diterima oleh penerbit di Indonesia karena layak jual.

Sebuah sinopsis yang baik, kurang lebih berisikan data-data sebagai berikut:

1. Judul Asli (berbahasa Arab)

2. Judul Terjemah (Yang agak menjual sehingga membuat pembeli menjadi tertarik)

3. Pengarang

4. Muhaqiq (jika ada)

5. Terbitan (tahun)

6. Kota & Negara terbitan

7. Tebal buku (halaman)

8. Footnote (panjang/pendek)

9. Sinopsis (sedikitnya 5 paragraf)

10. Daftar Isi


Contoh sinopsis di atas sebagai berikut:

Syi'ah Versus Ahli Sunnah;
Pergulatan Fiqih, Pemikiran dan Sejarah


Judul asli : Asy-Syi'ah Wa as-Sunnah; Wa akhtilâfât al-Fiqhi Wa al-fikri, Wa at-Târîkh

Penulis : Rajab al-Banna
Penerbit : Dar al-Ma'ârif. Kairo
Cetakan pertama : 2004
Tebal buku : 355 halaman


Isi Buku

Pendahuluan: hal: 5
Kisah Syi'ah hal: 9
Apa yang ada dalam fiqih Syi'ah? hal: 31
Untuk kepentingan siapa kita menghancurkan jembatan? Hal: 45
Beberapa perbedaan Ahli Sunnah dan Syi'ah hal: 59
Imamah, ketaqwaan, dan mut'ah hal: 75
Golongan ekstrim memperburuk citra Syi'ah hal: 97

Beberapa pemikiran yang menyudutkan Syi'ah hal: 113
Perbedaan didalam golongan Syi'ah hal: 127
Ijtihad dalam persepektif Syi'ah hal: 148
Syi'ah dalam kacamata Ahli Sunnah hal: 165
Para ulama' sunni mensuport Syi'ah hal: 191
Ahli sunnah dalam kaca mata Syi'ah hal: 207
Rekontruksi madzhab Syi'ah hal: 233
Undang-undang hukum menurut Sy'iah hal: 259
Perekonomian islam perspektif Ahli Sunnah dan Syi'ah hal: 279
Penyandingan antara keduanya mungkinkah atau mustahil? hal: 303
Perbedaan fiqih ataukah konflik politik hal: 315
Penutup hal: 349.


Buku ini adalah sebuah upaya untuk memahami pemikiran dasar madhzab Syi'ah dan Sunni, serta apa yang ada diantara keduanya, baik dalam perbedaan maupun kesepakatan. Tentunya dengan kenetralan dan objektifitas dalam memaparkan beberapa pendapat dari kedua golongan ini. Pembahasan yang diajukan bersandarkan pada dukumen-dokumen yang terpercaya, baik dokumen klasik maupun moderen. Juga tidak lupa menyertakan pula beberapa pendapat dari para ulama' Syi'ah dan Sunni.

Dalam buku ini, sang penulis mencoba untuk menguak akar perbedaan sejarah dan politik antara kedua masdzab Islam yang paling di minati oleh para muslim di dunia ini.

Jika seorang muslim diwajibkan untuk mengetahui aqidah teman madzhabnya, dan mengetahui perbedaan didalamnya, maka dialog bukanlah sesuatu hal yang sia-sia ataupun lahan pertengkaran. Dialog adalah "manhaj" Islam untuk berinteraksi dengan orang yang bersebrangan dengan pandangan kita.

Kita sekarang di era keterbukaan dan era dialog antar agama. Lalu, apa gerangan yang menyumbat kita untuk mendialogkan pendapat dan pandangan antara sekte atau madzhab yang masih dalam satu naungan agama satu, yaitu agama kita Islam?! Dan bagaimana mungkin sebuah pemahaman bisa sempurna tanpa mengetahui dan memahami pendapat-pendapat yang dilontarkan dari setiap golongan ini?! Rajab al-Bana membedah persoalan-persoalan diatas dengan bahasanya yang khas, tentunya tertuang dalam buku ini.

Perbedaan yang mendasar antara kedua madzhab ini terwakili dalam dua perkara. Pertama: Imamah. Kaum Syi'ah mengatakan, bahwa imamah adalah termasuk dari rukun Islam yang wajib hukumnya bagi orang muslim untuk meyakininya. Sebagai kaum Sunni, bagaimanakah kita menanggapi aqidah seperti ini? Dengan landasan apa saudara kita kaum Syiah berkeyakinan seperti ini? Seluk beluk mulai dari sejarah, politik dan landasan hukum Nash yang dipakai oleh kedua sekte ini di ungkap secara mendetail dengan untaian bahasa yang mudah dicerna oleh kalayak umum.

Kedua: Nikah Mut'ah. Golongan Syi'ah membolehkan nikah mut'ah karena mereka berpegang pada Hadist Nabi. Sedangan golongan Sunni mengharamkannya juga berlandaskan dengan sunnah Nabi. Sama-sama mengikuti perintah nabi, namun mengapa mereka saling mencela bahkan mengkafirkan?

Orang yang beda madzhab dengan kita adalah saudara kita seatap Islam dan seperjuangan dalam li i'lâikalimatillah, serta melawan kaum zionis yahudi yang benar-benar ingin merobohkan islam dari pilar-pilarnya. Oleh karena itu, penyandingan (taqrîb) antara keduanya adalah suatu keharusan untuk mendapatkan pemahaman yang universal hingga fanatisme golongan dapat dipadamkan dari tumpuannya.

***
Setelah naskah sinopsis sudah jadi, maka kita kirimkan ke penerbit Indonesia. Inilah yang saya maksud dengan "menabur benih". Dalam penaburan benih ini, yang perlu kita perhatikan adalah kecondongan penerbit yang kita kirimi naskah sinopsis kita. Kalau buku-buku kita tentang dunia pemikiran, maka salah satu contohnya adalah ke penerbit LKIS Jogja, Mizan, dan Al-Kautsar Jakarta. Tentang kesufihan, ke penerbit Pustaka Sufi Jogja, atau As-Sabil Jakarta. Tentang sosial masyarakat dan keagamaan ke penerbit Qisti, atau Gema Insani Press Jakarta. Tentang Novel ke penerbit az-Zarô' Bandung. Dan lain sebagainya. Lebih mudahnya, bila anda ingin mendapatkan to'miyah bil bid, maka membelinya jangan di toko Rojab Son, cukup datang di Math'am Sabrowi atau ke Kafe Buuts Permai.

Piranti yang dibutuhkan dalam fase ini adalah, kamus al-Maurid, kamus arab Indonesia al-Ashri, kamus Inggris Indonesia, dan kamus bahasa Indonesia kalau ada. Yang paling penting adalah jangan putus asa dan patah semangat bila buku-buku yang kita kirim tidak diterima. Kirim lagi ke penerbit lain, siapa tahu mereka tertarik dengan buku-buku kita. Ingat, kang Thomas Alfa Edison penemu lampu balon yang manfaatnya dapat kita rasakan sampai sekarang, beliau mengalami kegagalan dalam melakukan percobaan penemuannya lebih dari seribu kali.
Ketiga: Merawatnya dengan baik. Bila ladang sudah dicangkul, benih sudah ditabur, dan benih tersebut bersemai subur dengan menampakkan daunnya yang hijau, seolah-olah melambaikan tanganya kepada kita, ketika angin semilir di sore hari menerpanya. Maka kita jangan senang dulu, justru itu pertanda pekerjaan menanti kita. Dengan kata lain, buku yang telah disepakati oleh penerbit harus kita respon dengan baik sesuai dengan surat perjanjian yang telah dikirimkan oleh penerbit kepada kita. Kalau buku kita diterima, pihak penerbit pasti mengirimkan surat perjanjian kepada kita. Salah satu bentuk contohnya seperti di bawah ini:

PERJANJIAN KERJA

PENERJEMAHAN BUKU

Bismillâhirrahmânirrahîm,

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Drs. Aman Rahman

Jabatan : Direktur Redaksi Penerbit KARTIKA

Alamat : Jl. Kamajaya Blok. N no. 10 Duren Sawit Jakarta Timur

Bertindak atas nama At-Tanwir Press dan untuk selanjutnya disebut dengan Pihak Pertama.

Nama : Arman Mandala

Alamat : Katamea, Building 39 A Kairo, Mesir

Telepon/HP : +2027575437/+20118976353

Bertindak sebagai PENERJEMAH, dan untuk selanjutnya disebut dengan Pihak Kedua.

Kedua belah pihak menyatakan telah sepakat dan setuju untuk mengadakan perjanjian kerja PENERJEMAHAN buku:

Judul : Seks dalam perspektif Islam

Penulis : Dr. Ramli Aiman

Jumlah Halaman : 225

Hal-hal yang disetujui dan disepakati adalah sebagai berikut:

A. Hasil penerjemahan:

1. Ditulis menggunakan MS. Word

2. Font: Courier New

3. Ukuran font:

a. Judul Bab = 14

b. Isi = 12

c. Footnote = 10

4. Ukuran kertas: Legal (8,5 x 14 inc)

5. Margin kiri, kanan, atas, dan bawah: 2.5 cm

6. Spasi: Double

7. File disimpan dalam format RTF (Rich Text Format)

B. Waktu Penerjemahan: Satu bulan , terhitung sejak Perjanjian Kerja ini ditandatangani.

C. Honor Penerjemahan: Rp. 10.000,- (Sepuluh Ribu Rupiah) per halaman hasil terjemahan.

D. Pembayaran honor penerjemahan dilakukan 3 (tiga) tahap:

1. Pembayaran pertama, 50% dari total honor penerjemahan, dilakukan 1 hari setelah penyerahan hasil terjemahan.

2. Pembayaran kedua, 25% dari total honor penerjemahan, dilakukan 1 minggu setelah penyerahan hasil terjemahan.

3. Pembayaran ketiga, 25% dari total honor penerjemahan, dilakukan setelah proses editing naskah diselesaikan Pihak Pertama dengan batas maksimal 1 bulan setelah penyerahan hasil terjemahan.

E. Pihak Pertama berhak mengembalikan naskah hasil terjemahan kepada Pihak Kedua untuk diperbaiki, apabila Pihak Pertama merasakan hasil terjemahan yang dibuat Pihak Kedua tidak sesuai dengan Perjanjian Kerja.

F. Pihak Kedua berhak mendapatkan 3 (Tiga) eksemplar buku hasil terjemahan yang telah diterbitkan oleh Pihak Pertama.

Perjanjian Kerja ini dinyatakan sah dan mengikat serta berlaku setelah ditandatangani oleh kedua belah pihak pada:

Tempat : Jakarta

Hari/Tgl : Kamis, 24 November 2005

Pihak Pertama,


TaNWIR Penerjemah

Pihak Kedua,


Drs. Aman Rahman Arman Mandala

* * *

Keempat: Bila padinya sudah menguning harus dijaga dari hama wereng dan sebangsanya. Fase ini adalah sebagai pengujian dari kesungguhan kita untuk merajut karya lewat terjemah. Karena dalam saat ini, anda telah menandatangni kontrak perjanjian kerja dengan penerbit. Kita sendiri yang menentukan baik dan buruknya kepercayaan yang telah diberikan kepada kita. Jika kita blang-bentong dalam penerjamahkan, maka kepercayaan tersebut akan susah untuk didapatkan yang kedua kali. Bila kita tidak menepati waktu kontrak yang telah disepakati, satu point kepercayaan orang lain kepada kita akan luntur. "kepercayaan tidak akan datang dua kali."

Penjagaan yang saya maksud dalam fase ini adalah, dalam penerjemahan kita harus memperhatikan gaya tulisan dari sang penerbit. Karena setiap penerbit memiliki gaya tulisan sendiri-sendiri sebagai indentitas mereka. Simpel kecilnya, kalimat "Al-Qur'an" apakah harus di tulis dengan "al-Qur'an" ataukah "Al-qur'an". Dan bagaimana peletakan tanda baca yang baik, serta bagaimana pemakaian kata-kata penghubung yang baik. Bila kita tidak memperhatikan kaedah ini, maka saya berani menjamin terjemahan anda pasti akan ditolak.

Diantara kendala yang sering dijumpai oleh mayoritas penerjemah, apabila menjumpai Hadits yang susah dipahami, bahkan mufrodatnya tidak ada dalam kamus. Satu-satu jalan harus bertanya kepada orang lain. Dan kita jangan malu untuk bertanya. Gara-gara malu bertanya, kita nekad menerjemahkannya dengan pemahaman yang kita paksakan. Bila kita salah dalam mengartikan, maka kita akan menaggung dosanya orang-orang yang membaca buku terjemahan kita. Padahal Nabi sendiri telah menegaskan dalam sabdanya, "Barang siapa yang berbohong tentang Aku (hadits) dengan sengaja, maka aku sediakan villa untuknya di neraka." Apakah hanya gara-gara malu dan mengejar karya, kita mengansurasikan jiwa kita di neraka Jahannam?

Idealnya, seorang penerjemah yang baik harus memiliki buku-buku Syarah Hadits atau CD nya. Salah satu contoh, ada hadist yang berbunyi:

من نقش عذب

Untuk mengetahui kandungan makna yang dimaksud, kita harus membuka Syarah Hadist ini, atau bertanya kepada orang lain yang kita pandang mampu. Ternyata makna yang dimaksud dalam hadits tersebut tidak sesimpel tulisannya. Hadits ini bermakna, "Barang siapa yang mengingkari dosa-dosanya di hadapan Allah besok dihari hisab, maka ia akan disiksa."

Kesulitan yang lainnya, tatkala menemui sya'ir. Maka patokan yang kita pegang adalah dzzauq (rasa) bahasa Indonesia. Karena apabila kita mengikuti pola kata yang tertulis dalam sya'ir, maka terjemahan kita akan tak enak dibaca dan tak sedap didengar. Padahal, kebanyakan syi'ir, adalah poin sentral sebuah pembahasan dalam suatu bab. Di antara caranya, kita tarik dulu makna yang dikandung dalam syi'ir, kemudian bahasanya kita olah sendiri disesuaikan dengan pantun. Bila akir dari setengah sathar (bait) berakiran A, maka sathar yang terakir harus berakiran A. Yang terpenting tidak keluar dari makna yang terkandung di dalamnya. Contoh:

سهام الليل صائبة المرامى # اذا وترت بأوتار الخشوع

Dalam dada para muslim anak panah malam menusuk

Bila malam dilalui dengan sholat yang penuh khusuk


Kelima:
Memanen dan dipanen. Bila kita sudah selesai menerjemahkan, maka langkah yang terakir adalah mengedit yang harus disesuaikan dengan gaya tulisan dari penerbit. Pada saat ini lah, sedikit kepuasaan dan harapan dapat kita rasakan. Puas karena kita sudah menyelesaiannya sesuai dengan limit waktu yang ditentukan. Dan harapan, karena sebentar lagi uang akan ditransper ke kantong kita. Akirnya dengan melewati beberapa fase yang penuh dengan pengorbanan, kita bisa memanen dari jerih payah kita. Namun jangan lupa, setelah memanen, kita harus ingat teman, terutama kekasih kita (bagi yang punya) dan teman sekamar kita. Karena beberapa minggu, dia kita cuekin. Bagi teman sekamar, kita ganggu dia dengan suara keyboard. Begitupun juga ketika ada teman yang silaturahmi ke rumah, kita cuekin karena kita lagi konsen dengan terjemah kita. Maka pada saat inilah kita memanen dan dipanen.

Di akhir coretan yang sederhana ini, mari kita bersama-sama merajut karya lewat berbagai bidang sesuai dengan kapsitas dan kemampuan kita. Apapun yang kita tulis, tidak akan pernah basi, juga tidak akan pernah lapuk oleh zaman dan lekang oleh waktu. Justru tulisan kita pada saat ini akan menjadi lembaran bukti sejarah hidup kita, dan akan menjadi dokumen penting jikalau kita sudah tiada. []

* Pimpinan Umam TaNWIR