Sabtu, Juni 21, 2008

Karakter Muslim Sejati

OLeh : Muhtadi Kadi

Di saat mentari pagi menampakkan senyumnya di ujung timur, Umar bin Khathab masuk ke masjid. Dilihatnya ada seseorang sedang khusuk berdoa, menengadahkan kedua tangannya ke langit dengan suara agak keras dan diulang-ulang, ''Ya Allah, berilah hambamu ini rezeki yang melimpah.''

Umar mendekatinya seraya berkata dengan nada yang memendam kemarahan, ''Sungguh, engkau tahu bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas ataupun perak!'' Kemudian, Umar menyuruh orang ini keluar dari masjid untuk bekerja di ladang atau di pasar.

Indah nian kisah di atas. Sesungguhnya, Umar tidak melarang orang tersebut untuk berdoa kepada Allah. Umar tahu bahwa wajib hukumnya bagi setiap Muslim untuk berdoa kepada Allah. Doa adalah ''senjata orang mukmin''. Dan, dalam sebuah hadis shahih disebutkan bahwa Allah SWT akan murka kepada orang Muslim jika mereka enggan untuk meminta kepada-Nya. Lantas, mengapa Umar marah kepada orang yang berdoa kepada Allah dan menyuruhnya keluar dari masjid?

Pertama, Umar ingin menunjukkan bahwa rezeki dari Allah harus dicari dengan baik. Ia akan datang bersamaan dengan cucuran keringat dan kesungguhan. Dan, banyak sedikitnya rezeki yang didapatkan sesuai dengan usaha yang dilakukan. Kedua, Allah menciptakan waktu siang agar manusia mencari sebanyak-banyaknya karunia-Nya di bumi ini. Bukan untuk bermalas-malasan dengan dibungkus baju ketakwaan.

Ketiga, Umar ingin mengaplikasikan makna yang terkandung dalam firman Allah SWT yang berbunyi, ''Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.'' (QS Alfatihah [1]: 5). Kewajiban harus didahulukan daripada hak. Kita harus terlebih dahulu melakukan kewajiban kita kepada Allah, yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Baru kemudian meminta hak kita, yaitu mendapatkan pertolongan-Nya. Kita harus berusaha semaksimal mungkin dalam mengais rezeki, baru kemudian meminta kepada Allah agar dimudahkan rezeki kita.

Sejatinya, Umar ingin menuntun kita semua untuk menjadi Muslim sejati. Yang berkepribadian pantang menyerah, suka bekerja keras, malu untuk meminta-minta, dan lebih suka untuk memberi. Bukankah tangan di atas lebih mulia daripada di bawah.


Tulisan ini pernah dimuat di koran Republika 20 Juni 2008

http://republika.co.id/kolom_detail.asp?id=338263&kat_id=14

0 komentar: